Minggu, 18 September 2016
Tips-Tips Ampuh Mengajak Anak Shalat
Ada beberapa tips yang akan diuraikan, yang dikutip dari Subhan Husaini Albari (2011: 107-114), diantaranya :
1. Mengajak Anak Shalat saat Bermain
Salah satu dunia anak adalah bermain. Orang tua tidak boleh melarang anak bermain, sehingga anak menganggap bahwa bermain merupakan tindakan yang salah. Sebab, bermain sangat bermanfaat bagi perkembangan otak dan mental anak-anak.
Jika waktu shalat tiba, hendaklah orang tua berwudhu dengan segera. Setelah itu, barulah mengajak sang anak untuk melakukan hal yang sama. Katakan kepada sang anak, “Nak, waktu shalat telah tiba. Ayah sudah berwudhu, tinggal kamu yang belum. Ayo wudhu dulu, Sayang. Kalua sudah selesai shalat, nanti dilanjutkan lagi bermain.”
Jika ajakan tersebut belum berhaasil, biarkan si anak bermain, dan Anda (orang tua) shalat terlebih dahulu. Setelah Anda menyelesaikan shalat, ingatkan kembali si anak bahwa shalat pada awal waktu (seperti yang telah Anda lakukan) sangat utama pahalanya, dan Allah swt tidak menyukai orang yang suka melalaikan shalat.
Firman Allah swt memperingatkan orang-orang yang lalai dalam shalatnya: “Maka, kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya.” (Q.S Al Maa’uun [107]: 4-5)
Jika cara tersebut belum berhasil, berilah ancaman ataupun janji kepada anak sesuai yang telah digariskan dalam pendidikan Islam.
2. Mengajak Anak Shalat saat Menonton Televisi
Saat ini, televise sudah menjadi bagian dari gaya hidup (life style) manusia. . Anak-anak dan orang tua pun tidak sedikit yang memiliki hobi menonton televisi, bahkan sampai kecanduan. Oleh karena itu, pertama-tama yang harus dilakukan adalah membiasakan dalam keluarga menonton televisi secara teratur dan tidak berlebihan, terutama bagi para orang tua dan anak paling tua (sudah dewasa). Langkah ini dimaksudkan agar anak tidak memprotes saat diajak melaksanakan shalat karena ada salah satu anggota keluarga yang tidak disiplin menonton televisi.
Selain itu, keluarga yang teratur dan tidak berlebihan menonton televisi dapat menghindari sikap membangkang dari si anak ketika diajak melaksanakan shalat. Tidak jarang seorang anak berontak ketika diajak melakukan sesuatu yang lain saat ia menonton televisi. Dan, pada saat yang sama, ketidakdisiplinan ini juga dilakukan oleh salah satu anggota keluarga yang lain. Tidak jarang, anak melakukan protes, “Ibu juga lama kalau menonton televisi.” Atau, “Kok Kakak tidak pernah ditegur kalau lama nonton televisi?”
Langkah berikutnya, lakukan cara yang sama dengan step yang telah disebutkan pada bagian sebelumnnya. Dengan demikian, kita bisa dengan mudah mengajak anak melaksanakan shalat saat ia menonton televisi.
3. Mengajak Anak shalat saat Bertamasya
Bertamasya atau bepergian jauh merupakan saat yang tepat untuk mempraktikkan shalat jama’ (mengumpulkan dua shalat dalam satu waktu) dan qashar (meringkas bilangan rakaat shalat) bersama anak. Menurut sebagian ulama, dua keringanan (rukhshah) dari Allah swt ini dapat dilakukan bila jarak minimal perjalanan adalah 80 KM.
Tanamkan pada diri sang anak bahwa Allah swt senantiasa mengawasi makhluk-Nya, kapan dan dimana pun. Untuk itulah, ajaklah si anak untuk selalu memohon perlindungan dan ridha-Nya. Ini merupakan salah satu cara terbaik untuk menumbuhkan kesadaran pada diri anak tentang kewajiban melaksanakan shalat. Sehingga ia akan senantiasa konsisten melakukannya seumur hidup.
4. Mengajak Anak Shalat saat Masih Tidur
Hampir semua orang tua mengalami kesulitan saat membangunkan anak mereka untuk melaksanakan shalat subuh.
Untuk mengatasi permasalahan ini, langkah awal yang harus ditempuh oleh orang tua adalah membiasakan bangun pada pukul 03.00 dini hari. Setelah melaksanakan shalat Tahajjud, bangunkan sang anak dari tidurnya. Jika ia tidak mau bangun, biarkan saja. Tapi, saat adzan Subuh dikumandangkan, segera bangunkan si anak. Katakan kepadanya bahwa Anda sudah bangun sejak awal, dan telah melaksanakan shalat Tahajjud.
Lakukan langkah ini secara berulang-ulang sehingga terbangun dalam mindset anak bahwa rutinitas tersebut merupakan kebiasaan yang baik dalam keluarga Anda. Satu hal yang tak kalah pentingnya adalah membaca Al Quran setelah shalat Tahajjud sembari menunggu waktu shalat Subuh tiba. Anda boleh mengeraskan sedikit suara Anda agar terdengar oleh sang anak. Tentu saja akan lebih baik bila Anda membacanya dengan lagu yang merdu.
5. Mengajak Anak Shalat di Mesjid
Anak adalah peniru ulung. Anak akan melakukan apa saja yang sering dilihat dan diajarkan padanya. Untuk membentuk anak yang cinta mesjid dan shalat berjamaah, kita perlu mengajarinya. Kita juga harus memberi dan menjadi contoh yang baik bagi anak dalam hal cinta mesjid dan shalat berjamaah. Dengan seringnya anak melihat kita melaksanakan shalat berjamaah di mesjid, lambat laun anak akan meniru. Awalnya, ia akan meminta ikut ke mesjid. Sebagian orang tua tidak mengabulkan permintaan tersebut karena khawatir sang anak akan bertingkah yang kurang pantas dan merepotkan.
Oleh karena itu, anak perlu dikodisikan terlebih dahulu sebelum diikutkan shalat berjamaah di mesjid. Orang tua harus memberitahu seputar shalat berjamaah kepada anak dengan menggunakan media bercerita. Bacakan untuknya buku-buku tentang mesjid dan shalat berjamaah, perlihatkan gambar mesjid dan orang yang sedang berjamaah, dan lain sebagainya.
Latihlah anak melakukan shalat berjamaah di rumah atau sekolah. Bentuk latihan bisa berupa simulasi shalat berjamaah, atau dengan mempraktikkan shalat berjamaah di rumah. Katakan kepada sang anak, “Sayang, sebelum shalat berjamaah di mesjid, kita latihan dulu ya?” Dengan pengondisian dan latihan tersebut, anak akan memahami perihal shalat berjamaah di mesjid.
Selain itu, perlu juga anak diberi tahu hal-hal yang tidak boleh dilakukannya ketika sedang shalat berjamaah di mesjid. Tidak salahnya bila orang tua memastikan bahwa si anak sudah cukup dengan pengondisian dan latihan yang telah diberikan.
Sangat bagus bila anak dikenakan pakaian yang kondusif, misalnya baju koko untuk anak laki-laki dan mukena untuk anak perempuan. Sehingga, secara psikis, anak lebih siap dengan suasana mesjid. Alangkah tidak adilnnya bila kita memarahi atau menghukum anak karena bertingkah yang kurang pantas di mesjid, sedangkan ia belum pernah diberi pemahaman tentang mesjid, serta jarang atau tidak pernah diajak ke mesjid sebelumnya.
Selanjutnya, perkenalkan kepada anak mengenai shaf dalam shalat. Shaf ternyata mempengaruhi tingkat kebisingan anak-anak. Anak yang gaduh saat shalat dikarenakan berkumpul dengan teman-temannya yang lain. Untuk mengantisipasi hal ini, perlu adanya pengaturan shaf anak-anak. Shaf yang baik untuk laki-laki adalah di bagian depan, sedangkan shaf yang terbaik untuk perempuan adalah di belakang. Oleh karena itu jamaah anak laki-laki dibarisan paling belakang shaf laki-laki. Sebaliknya anak-anak perempuan yang lebih ramai lagi diletakkan di barisan paling depan shaf perempuan. Pengaturan shaf seperti ini akan melatih anak untuk tertib dan tidak gaduh.
6. Membiasakan Anak Melaksanakan Shalat saat Berada di Luar Pengawasan Orang Tua
Cara untuk membiasakan anak agar senantiasa melaksanakn shalat saat berada di luar pengawasan orang tua adalah tidak jauh berbeda dengan langkah-langkah yang telah disebutkan sebelumnya pada poin 1 dan 3. Berikan penyadaran kepada sang anak bahwa kapan dan di mana pun Allah swt selalu bersama dan mengawasi kita.
Jika anak-anak keluar rumah, sarankan agar mereka membawa perlengkapan shalat. Untuk anak-anak perempuan, bawalah mukena, dan untuk anak laki-laki membawa kopiah maupun kain sarung. Jika mereka merasa keberatan atau tidak memungkinkan membawa perlengkapan shalat, ingatkan agar selalu mengenakan pakian yang suci dari najis. Sehingga ketika waktu shalat tiba, mereka tidak kesulitan dalam melaksanakan shalat dan terhindar dari hal-hal yang meragukan kesucian pakaian yang dikenakan.
0 komentar:
Posting Komentar