Kamis, 29 September 2016

Anak Sholih Sebagai Investasi Akhirat


Anak adalah anugerah yang diberikan oleh Alloh Subhanahu Wa Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya. Anugerah yang membuat pasangan suami isteri semakin bertambah bahagia. Kebahagiaan yang tidak bisa dinilai dengan harta-benda. Sudah sepantasnya pasangan suami isteri bersyukur atas rezeki itu.
Karena anak beramal sholih, orang tua akan memperoleh pahala meskipun anak tersebut belum mencapai usia baligh. Ketahuilah wahai ayah dan bunda, saat anak kita melantunkan ayat suci al-Qur’an, niscaya kita akan memperoleh pahala baca al-Qur’annya. Saat anak kita menunaikan puasa Romadhon, niscaya kita mendapatkan pahala puasa Romadhonnya. Bahkan setiap anak kita beramal sholih, pastilah kita sebagai orang tua akan memperoleh manisnya pahala.
Dari Ibnu Abbas Rodiyallohu ‘anhu bahwa beliau menceritakan, ’Ada seorang wanita yang mengangkat anaknya agar kelihatan, dia bertanya, Ya Rosululloh, apakah anak ini boleh melakukan haji?’ jawab Nabi Sholallohu ‘alaihi Wassalam, ”Ya, dan pahalanya milikmu.”(HR. Muslim)
Ketahuilah, pada saat orang meninggal dunia, maka harta yang melimpah telah menjadi ahli warisnya. Isteri yang cantik atau suami yang tampan menjadi milik orang lain. Jabatan yang tinggi dan menggiurkan akan ditinggalkan. Semua perhiasan dunia yang menjadi miliknya tidak menemaninya di alam kubur yang begitu gelap gulita.
Sungguh sangat bahagia, orang yang telah meninggal dunia memiliki harta simpanan yang berharga, yaitu: anak yang sholih. Ia berada di alam kuburnya sementara anak itu beramal sholih, sungguh ia tetap merasakan manisnya pahala. Ia sudah tidak bisa beramal sholih namun pahala tetap mengalir.
Diriwayatkan bahwa Rosululloh Sholalllohu ‘alaihi Wassalam bersabda yang artinya:“Sesungguhnya di antara amalan dan kebaikan seorang mukmin yang akan menemuinya setelah kematiannya adalah: ilmu yang diajarkan dan disebarkannya, anak sholih yang ditinggalkannya, mushhaf yang diwariskannya, masjid yang dibangunnya, rumah untuk ibnu sabil yang dibangunnya, sungai atau air yang dialirkannya untuk umum, atau sodaqoh yang dikeluarkannya dari hartanya di waktu sehat dan semasa hidupnya, semua ini akan menemuinya setelah dia meninggal dunia”. (HR. Ibnu Majah)
Karena anak sholih pulalah derajat orang tua naik di surga. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa surga memiliki tingkatan. Seorang hamba memasuki surga berdasarkan keimanan dan amal sholih yang diperbuatanya. Barangsiapa yang memiliki keimanan yang tinggi dan amal sholih yang melimpah, niscaya ia memasuki kedudukan surga yang tinggi. Ketika seorang hamba memasuki surga di tingkatan tertentu, sedangkan ia memiliki anak sholih yang senantiasa mendoakannya, maka kedudukan surganya menjadi meningkat ke level yang lebih tinggi.
Diriwayatkan bahwa Rosululloh Sholallohu ‘alaihi Wassalam bersabda, “Derajat seorang yang meninggal dunia diangkat lalu ia berkata, ‘Wahai Tuhanku, dari manakah ini?’ Alloh berfirman kepadanya, “Karena anakmu membaca istighfar untukmu’. (HR. Bukhori)
Pembaca yang budiman, Marilah kita mendidik anak-anak kita menjadi anak yang sholih dan sholihah sehingga kita akan merasakan betapa besar manfaatnya, baik di dunia maupun akhirat kita.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa anak sholih membuahkan banyak kebaikan. Ketahuilah! Karena anak beramal sholih, maka orang tua memperoleh pahala amal sholihnya. Karena anak beramal sholih, maka pahala orang tua tetap mengalir meskipun ia telah meninggal dunia. Karena anak beramal sholih, maka kedudukan surga orang tua menjadi meningkat ke level yang lebih tinggi.
Beberapa keutamaan anak yang sholih tersebut seharusnya menjadi motivasi besar bagi keluarga muslim untuk mencetak generasi pendamba surga. Namun, sangat disayangkan bahwa orang tua pada zaman sekarang justru menginginkan anaknya sukses hanya pada aspek kehidupan duniawi semata. Mereka bangga anaknya menjadi dokter yang sukses telah memiliki beberapa mobil mewah. Mereka bangga jika anaknya sebagai pengusaha telah memiliki beberapa rumah megah. Mereka bangga bahwa anaknya telah menjadi pejabat pilihan rakyat. Mereka bangga bahwa anaknya menjadi bintang film yang sering tampil di layar kaca. Mereka juga bangga anaknya menjadi artis ternama.
Walhasil, kebahagiaan dan kebanggaan pada anak dinilai oleh masyarakat hanya di aspek dunia. Mereka melupakan aspek agama, padahal dari sinilah sumber kebahagiaan seseorang, baik di dunia maupun akhirat.
Pembaca yang budiman, mari kita renungkan baik-baik!
Apakah kekayaan mampu mencegah panasnya api neraka? Apakah jabatan yang tinggi mampu menebus dahsyatnya siksa api neraka? Apakah ketampanan dan kecantikan mampu memasukkan seseorang ke dalam surga? Apakah kekayaan, jabatan, ketampanan atau kecantikan dan semua kenikmatan dunia menyebabkan orang bahagia?
Dalam agama Islam, seseorang menjadi kaya raya dan jutawan tidaklah terlarang. Namun, jangan sampai dunia itu menjerumuskan seseorang ke dalam api neraka jahannam. Dunia ini dijadikan sebagai sarana memperoleh surga Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Oleh karena itu, jika Anda memiliki anak pebisnis, jadikan ia menjadi pebisnis yang sholih. Ia tahu hak-hak kaum muslimin. Sehingga ia akan peduli kepada orang miskin. Jika Anda memiliki anak pejabat, jadikanlah ia menjadi pejabat yang sholih. Ia tidak memakan harta rakyat justru ia berkorban untuk rakyat. Jika Anda memiliki anak seorang dokter, jadikanlah ia menjadi dokter yang sholih. ia ringan tangan untuk menolong siapa saja yang membutuhkannya.
Marilah kita berusaha dan berjuang dengan sekuat tenaga kita menjadikan anak kita menjadi anak-anak yang sholih. Anak yang rindu akan kenikmatan surga. Anak yang rajin mewujudkan ketaatan kepada Alloh Subahnahu Wa Ta’ala. Ingat! berjuang dibutuhkan kesabaran yang ekstra karena mendidik dan membimbing anak menuju kebaikan dan menghilangkan keburukan membutuhkan kesabaran.
Pembaca yang budiman, ingat pula dengan doa. Berdoa merupakan sarana terampuh dan mujarab menjadikan anak-anak kita menjadi anak yang sholih. Oleh karena itu, marilah kita memperbanyak doa di dalam surat al-furqon ayat ke tujuh puluh empat yang berbunyi,
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqon: 74)

0 komentar:

Posting Komentar