Kamis, 29 September 2016

Investasi Dunia dan Akhirat


Investasi merupakan persiapan seseorang untuk jangka waktu yang sangat panjang dan menguntungkan. Seseorang yang melakukan investasi tentu memiliki sesuatu yang berlebih pada dirinya, baik berupa harta, modal atau keahlian.
Dalam pandangan Islam, ada dua model investasi yang harus dimiliki oleh setiap Muslim, yaitu investasi dunia dan investasi akhirat. Untuk investasi dunia, seorang Muslim berusaha mempersiapkan perbaikan dan peningkatan kesejahteraan diri dan keluarganya. Pada jangka waktu tertentu, investasi dunia biasanya diwujudkan dengan menyimpan uang dalam tabungan, deposito, saham, mengalihkan kelebihan dananya menjadi tanah, rumah, kendaraan, dan perhiasan berharga.
Berapa pun banyak dan apa pun modelnya, investasi dunia yang dimiliki seseorang tidak akan bertahan lama dan abadi. Masa kepemilikan investasi disesuaikan dengan waktu hidupnya di dunia. Ketika kematian itu datang, maka harta kekayaan yang diinvestasikan semasa hidupnya akan berubah menjadi harta warisan. Secara otomatis akan beralih kepemilikan dan haknya kepada ahli waris. Jika orientasi manusia hanya menumpuk harta dengan memperbanyak investasi dunia tanpa berpikir, perjalanan akhirat yang jauh lebih kekal dan abadi.
Rasulullah SAW memberikan kiat untuk umatnya bahwa kematian bukanlah akhir dari sebuah investasi. Bahkan kematian bagi seorang investor akhirat merupakan petikan keuntungan dan laba dari investasinya di dunia.
Pahala yang berkepanjangan dan terus mengalir menjadi buah dari kelebihan hartanya di dunia. Dalam Islam, Investasi akhirat itu disebut “Shadaqah Jariah”, investasi abadi. Harta yang diinfaqkan dan dikeluarkan di jalan Allah baik dalam bentuk zakat, infaq sadaqah, hibah, hadiah serta wakaf, akan mengalir menjadi multimanfaat. Sebagaimana hadits Nabi yang berbunyi: “Apabila anak Adam meninggal dunia maka teputuslah semua amalnya kecuali 3 perkara yakni:
  1. Shadaqah Jariyah
Shadaqah Jariyah adalah suatu ketaatan yang dilakukan oleh seseorang untuk mengharapkan ridha Allah Ta’ala, agar orang-orang umum bisa memanfaatkan harta yang disedekahkannya tersebut sehingga pahalanya mengalir baginya sepanjang barang tersebut masih ada. Para ulama telah menafsirkan shadaqah jariyah dengan wakaf untuk kebaikan. Seperti mewakafkan tanah, Masjid, Madrasah, rumah hunian, kebun kurma, mushaf Al-Quran, kitab yang berguna, dan lain sebagainya.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam juga bersabda:
مَنْ بَنَى لِلَّهِ مَسْجِدًا بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang membangun masjid untuk mencari wajah Allah, niscaya Allah membangunkan untuknya sebuah rumah di dalam surga.” (HR. Bukhari dan Muslim).
2. Ilmu yang bermanfaat
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
مَنْ عَلَّمَ عِلْمًا فَلَهُ أَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهِ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الْعَامِلِ
“Barangsiapa mengajarkan suatu ilmu, maka dia mendapatkan pahala orang yang mengamalkannya, tidak mengurangi dari pahala orang yang mengamalkannya sedikitpun.” (HR. Ibnu Majah).
Sama saja apakah dia mengajarkan ilmu tersebut kepada seseorang atau berupa buku yang orang-orang mempelajarinya setelah kematiannya. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
وَإِنَّ طَالِبَ الْعِلْمِ يَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِى السَّمَاءِ وَالأَرْضِ حَتَّى الْحِيتَانِ فِى الْمَاءِ (رواه ابن ماجه
“Sesungguhnya Orang yang menuntut ilmu (syar’i) akan dimintakan ampunan oleh segala sesuatu yang ada di langit dan bumi, sampai ikan-ikan yang ada di dalam lautan.” (HR. Ibnu Majah). Dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk (kebajikan), maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahala-pahala orang yang mengikutinya, hal itu tidak mengurangi pahala-pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa menyeru kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa seperti dosa-dosa orang yang mengikutinya, hal itu tidak mengurangi dosa-dosa mereka sedikitpun.” (HR. Muslim, Abu Daud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, dan selainnya).
3. Anak yang Sholeh yang mendoakan orang tuanya
Amalan dari anaknya yang sholeh masih tetap bermanfaat bagi orang tuanya walaupun sudah berada di liang lahat karena anak adalah hasil jerih payah orang tua yang pantas mereka nikmati.
Jika anak dididik dengan pendidikan agama dan akhlak yang baik, sehingga menjadi anak sholeh, ia akan menjadi investasi dunia dan akhirat yang menguntungkan, memberkahkan, menenangkan, sekaligus menjadi keselamatan kedua orang tuanya. Sebalikanya jika tidak dididik dengan pendidikan aqidah dan ibadah yang benar serta akhlak yang mulia, kemudian menjadi anak yang durhaka, ia akan menjadi penyebab kecelakaan kedua orang tuanya.
Dengan melakukan investasi akhirat, sesungguhnya ia meraih dua keberuntungan. Keberuntungan dunia, ia merasakan sentuhan kepedulian berbagi bersama orang lain, baik dengan harta, ilmu atau ahli. Sedang keuntungan akhirat, ia merasakan pahala yang berlipat dan tidak terputus sampai kiamat.

0 komentar:

Posting Komentar