Kamis, 29 September 2016

JADIKAN ANAK SEBAGAI LADANG INVESTASI AKHIRAT MU


"Dunia anak- anak tidak sekecil yang terlihat dari tubuh mereka, Dunia anak-anak adalah semesta luas yang sering memerangkap orang tua  dalam beragam emosi tak berdasar, mulai dari tidak sabaran, gampang meledak marah, bahkan pengabaian terhadap ide-ide mereka yang orisinal".

Mungkin ungkapan diatas ada benar nya, sebagai orang tua kita sering terperangkap dalam jebakan yang harusnya kita bisa berhasil mendapatkan predikat orang tua yang sukses. Terkadang kita berargumen dengan kata-kata: kami sudah sekolahkan, kami sudah panggilkan guru privat,  kami sudah pilihkan tempat les ternama untuk mereka. Entah sudah berapa kali doa ini kita munajat kan kepada sebaik-baik pendidik, sebaik-baik pengajar:

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa  (Al Furqon : 74)

Namun, bagaimana kita mengimplementasikan doa di atas agar anak kita menjadi qurrota a`yun dan lil muttaqiina imaman?

Sebelum kita menjawab dan mengurai tentang kiat nya, kita coba renungkan :

1. "setiap bayi terlahir dalam kefitrahan, maka orang tuanya lah yang menjadikan ia sebagai Yahudi, Nashrani, dan Majusi" (riwayat Al Bukhari dan Muslim)

2. Maka kita punya tanggung jawab yang melekat: "Hai orang-orang yang beriman peliharalah diri mu dan keluarga mu dari api neraka" ( At Tahriim: 6)

3. Mereka butuh keteladanan. Pepatah jakarta mengatakan: Ayah Kalong, Anak kampret, Ayah tukang nyolong, anak tukang copet

4. Mulailah dari diri kita

5. Kerja sama suami istri
6. Tidak memanjakan dan melalaikan. "Hai orang-orang yang beriman janganlah, harta mu dan anak - anak mu melalaikan mu dari mengingat Allah ta`aala "

Inspirasi Al qur`an dan sunnah tentang tarbiyyatul aulad dalam mengimplementasikan doa kita di atas:

1. Tarbiyyah Aqidah

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لاِبْنِهِ وَهُوَيَعِظُهُ يَابُنَيَّ لاَتُشْرِكْ بِاللهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ. 13

Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

Di ayat 13 dilukiskan pengalaman hikmah itu oleh Luqman, serta pelestariannya kepada anaknya. Ini pun mencerminkan kesyukuran beliau atas anugerah itu.

Ayat ini berbunyi: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia dari saat ke saat memberi pelajaran kepadanya bahwa "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) dengan sesuatu apapun, dan jangan juga mempersekutukan-Nya sedikit persekutuan pun, lahir maupun batin. Persekutuan yang jelas maupun tersembunyi. Sesungguhnya syirik yakni mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang besar". Itu adalah penempatan sesuatu yang sangat agung pada tempat yang sangat buruk

2. Tarbiyyah Ibadah

"Perintahkanlah anak-anak mu untuk sholat saat usia mereka 7 tahun, dan pukullah dengan pukulan yang mendidik jika mereka meinggalkan sholat disaat usia mereka 10 tahun " (riwayat Abu Daud)

3. Tarbiyyah Akhlaq

Dalam aspek akhlaq, adab dan kepribadian, Rasulullah tidak hanya mengajarkan sejak dini adab makan, namun juga beliau mengajarkan kepada kita untuk memisahkan kamar tidur anak laki-laki dan perempuan, agar mereka belajar adab, tata krama, akhlaq dan kesusilaan serta sopan santun sejak dini.

4.  Tarbiyyah jasadiyyah

"Mukmin yang kuat lebih Allah ta`aala cintai dari pada mukmin yang lemah" (riwayat Muslim)

"Ajarkanlah, anak- anak mu berkuda, memanah dan berenang"

5. Tarbiyyah Fikriyyah

Ayat pertama yang Allah ta`aala turunkan adalah berbicara tentang semanagat belajar, semangat membaca, walau pun jika kita lihat ayat ini diturunkan ditengah-tengah masyarakat yang masih banyak dari mereka tidak mampu baca tulis. Dan peristiwa penawanan tentara musuh dalam perang badar yang diminta oleh Rasulullah untuk mengajarkan kaum muslimin membaca dan menulis merupakan cerminan dimana Islam begitu memotivasi agar pemeluk nya dan terlebih khusus generasi muda nya menjadi generasi yang cerdas.

6. Tarbiyyah Mihariyyah (skill)

Tak ayal lagi, bahwa kita berada pada realita kehidupan dimana kaum muslimin dan generasi penerus mereka harus mampu bersaing secara positif dengan semua orang dalam kemampuan duniawi, yang mana hal tersebut mampu berperan aktif membantu kemajuan dienul Islam, maka kita juga memiliki tugas memberikan skill yang memadai kepada anak-anak kita dalam menjadikan generani yang ber-IPTEK dengan disertai IMTAQ yang kuat. Dahulu sahabat Zaid bin Tsabit dalam usia belasan tahun diperintahkan mempelajari bahasa Ibrani dalam waktu setengah bulan.

Semoga dengan merealisasikan doa kita dengan beberapa hal diatas, kita dapat menjadikan anak-anak sebagai ladang investasi akhirat kita.
wallahu a`lam bisshawab

0 komentar:

Posting Komentar