Anak merupakan karunia Allah yang
sangat besar arti dan fungsinya bagi kehidupan keluarga. Setiap orang tua tentu
merasa bersyukur bila telah dikaruniai anak. Selain itu, setiap orang tua pun
akan menyadari bahwa anak merupakan amanat dari Allah yang harus dipelihara,
dibina dan dididik sebaik-baiknya. Sejak lahir anak telah diperkenalkan dengan
pranata, aturan, norma, dan nilai-nilai budaya yang berlaku melalui pengasuhan
yang diberikan oleh orang tua dalam keluarga. Dengan demikian anak perlu
diberikan pembinaan agar anak dapat hidup dan bertingkah laku sesuai dengan
nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Pembinaan merupakan suatu proses
belajar yang dialami seseorang anak untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan,
nilai-nilai, dan norma-norma agar ia dapat berpartisipasi sebagai anggota dalam
kelompok masyarakat (Goslin dalam Ihromi, 1999:30). Syarat penting untuk berlangsungnya proses pembinaan adalah
interaksi sosial, karena tanpa interaksi sosial, proses pembinaan tidak mungkin
berlangsung. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis
yang menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok
manusia maupun antara orang-perorangan dengan kelompok manusia (Soekanto,
1990:67).
Anak diwariskan norma-norma atau aturan-aturan serta nilai-nilai yang
berlaku dalam masyarakat. Anak dilatih tidak hanya mengenal tetapi juga
menghargai dan mengikuti norma hidup masyarakat melalui kehidupan dalam keluarga.
Di sini keutuhan keluarga sangat diperlukan dan penting dalam proses pembinaan
dan pembentukan kepribadian. Baik dan buruknya kepribadian anak adalah tanggung
jawab orangtua. Orangtua membina anak supaya menjadi anak yang baik. Anak bagai
kertas putih, yang mau diisi apa saja oleh ayah atau ibunya dan itu hak mereka.
Jika ingin si anak menjadi baik tentu kertas putih tersebut diisi dengan hal
positif terutama penekanan moralnya. Pola pembinaan dalam keluarga sangat
penting agar anak tumbuh kembangnya bagus, mencintai diri, dan sesamanya.
Mengembangkan rasa ingin tahu anak memang bukan hal yang mudah, sebab
dibutuhkan kesabaran yang tinggi. Dalam menjawab pertanyaan anak, orangtua
harus menunjukkan perhatian dan jawaban yang sungguh-sungguh, walaupun jawaban
yang diberikan tidak panjang dan sulit dimengerti oleh anak., akan tetapi cukup
dengan jawaban pendek yang disesuaikan dengan pemahaman anak. Sekilas anak-anak
tidak tahu apa-apa tentang alam beserta kehidupannya tetapi mereka sebenarnya
memiliki daya tangkap dan daya ingat yang jauh lebih hebat dari perkiraan kita.
Dari sekian banyak tanya yang mereka ajukan dalam sehari, pasti ada yang masuk
dan direkam baik-baik dalam otaknya.
Pembinaan dan kasih sayang dari orangtua kandung tidak dirasakan oleh anak
yang tidak mempunyai keluarga yang utuh. Disorganisasi keluarga seperti
perceraian kedua orang tua, krisis ekonomi keluarga dan meninggalnya salah satu
atau kedua orang tua. Hal ini menyebabkan terputusnya interaksi sosial antara
orang tua dan anak. Akibatnya, anak menjadi kurang mendapat perhatian dan
pendidikan terabaikan. Dalam hal ini diperlukan pembinaan secara utuh, baik
pembinaan secara jasmani maupun rohani. Salah satu cara yang dilakukan agar
anak tetap dalam pembinaan dan pengasuhan adalah dengan menampung anak-anak
tersebut pada suatu wadah yaitu panti asuhan.
Panti asuhan memberikan pembinaan dan pelayanan agar anak-anak yatim
piatu tersebut mendapatkan pembelajaran serta kasih sayang yang seharusnya
mereka dapatkan. Anak asuh di panti asuhan ini datang dari berbagai latar
belakang masalah, antara lain: yatim piatu, kemiskinan, perceraian kedua orang
tua. Anak-anak di panti asuhan ini diharapkan dapat berprilaku jadi lebih baik.
Selain itu, panti asuhan juga membantu meningkatkan kesejahteraan anak dengan
cara mendidik, merawat, membimbing dan mengarahkan seperti yang diberikan oleh
orang tua dalam keluarga serta membentuk kepribadian anak yatim piatu tersebut
melalui nilai-nilai dan norma-norma susila yang baik, pendidikan dan budi
pekerti, kebiasaan dan keterampilan yang nantinya bisa dijadikan bekal bagi
kehidupan di masyarakat. Kepribadian merupakan hal yang sangat penting sekali
sebab aspek ini akan menentukan sikap identitas diri seseorang. Baik dan
buruknya seseorang itu akan terlihat dari tingkah laku atau kepribadian yang
dimilikinya. Dengan demikian perkembangan dari kepribadian ini sangat
tergantung kepada baik atau tidaknya proses pembinaan yang ditempuh.
Pertumbuhan dan perkembangan anak serta aktifitas belajar tidak semua sama baik
bagi perkembangan mentalitasnya. Diantaranya, anak yang berada di dalam
lingkungan panti asuhan yang mayoritas mempunyai latar belakang yang sama,
Tinajauan Tentang Pola Pembinaan
Pola adalah standardisasi,
pengulangan, organisasi atau arah dari perilaku (Soekanto, 1993:315). Selain
itu pola juga dapat diartikan sebagai suatu rangkaian unsur-unsur yang sudah
mantap mengenai suatu gejala dan dapat dipakai sebagai contoh dalam
menggambarkan atau mendeskripsikan gejala itu sendiri (Suyono, 1985;327).
Dalam mengasuh anak orang tua
cenderung menggunakan pola asuh tertentu. Menurut I Nyoman Dantes dalam skripsi
Widya (1995:10) Terdapat 3 macam pola asuh orang tua yaitu demokratis, otoriter
dan permisif.
1.
Demokratis
Pola asuh
demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi
tidak ragu dalam mengendalikan mereka. Orang tua dengan perilaku ini bersikap
rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran.
Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak
berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. orang tua tipe ini juga
memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan dan
pendekatannya kepada anak bersifat hangat. Misalnya ketika orang tua menetapkan
untuk menutup pintu kamar mandi ketika sedang mandi dengan diberi penjelasan,
mengetuk pintu ketika masuk kamar orang tua, memberikan penjelasan perbedaan
laki-laki dan perempuan, berdiskusi tentang hal yang tidak boleh dilakukan anak
misalnya tidak boleh keluar dari kamar mandi dengan telanjang, sehingga orang
tua yang demokratis akan berkompromi dengan anak.
2.
Otoriter
Pola asuh ini sebaliknya cenderung menetapkan
standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman
mislalnya, kalau tidak mau makan, maka tidak akan diajak bicara. Orang tua tipe
ini cenderung memaksa, memerintah dan menghukum. Apabila anak tidak mau
melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak
segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam
berkomunikasi biasanya bersifat satu arah. Misalnya anaknya harus menutup pintu
kamar mandi ketika mandi tanpa penjelasan, anak laki-laki tidak boleh bermain
dengan anak perempuan, melarang anak bertanya kenapa dia lahir, anak dilarang
bertanya tentang lawan jenisnya. Dalam hal ini tidak mengenal kompromi. Anak
suka atau tidak suka, mau atau tidak mau harus memenuhi target yang ditetapkan
orang tua. Anak adalah obyek yang harus dibentuk orang tua yang merasa lebih
tahu mana yang terbaik untuk anak-anaknya.
3. Permisif
Pola asuh ini memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu
tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur /
memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya dan sangat sedikit
bimbingan yang diberikan oleh mereka, sehingga seringkali disukai oleh anak.
Misalnya anak yang masuk kamar orang tua tanpa mengetuk pintu dibiarkan,
telanjang dari kamar mandi dibiarkan begitu saja tanpa ditegur, membiarkan anak melihat gambar yang tidak layak
untuk anak kecil, degan pertimbangan anak masih kecil. Sebenarnya, orang tua
yang menerapka pola asuh seperti ini hanya tidak ingin konflik dengan anaknya.
Pembinaan
Pembinaan berasal dari kata “bina” yang mendapat awalan ke- dan akhiran –
an, yang berarti bangun/bangunan. Dalam (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
pembinaan berarti membina, memperbaharui, atau proses, perbuatan, cara membina,
usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil
guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Pembinaan mental/jiwa merupakan
tumpuan perhatian pertama dalam misi Islam. Untuk menciptakan manusia yang
berakhlak mulia, Islam telah mengajarkan bahwa pembinaan jiwa harus lebih
diutamakan daripada pembinaan fisik atau pembinaan pada aspek-aspek lain,
karena dari jiwa yang baik inilah akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik yang
pada gilirannya akan menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada seluruh
kehidupan manusia lahir dan batin (Asmaran, 1994:44).
“Manusia yang dibina adalah makhluk yang mempunyai unsur-unsur jasmani
(material) dan akal dan jiwa (immaterial). Pembinaan akalnya menghasilkan
keterampilan dan yang paling penting adalah pembinaan jiwanya yang menghasilkan
kesucian dan akhlak. Dengan demikian, terciptalah manusia dwidimensi dalam
suatu keseimbangan”
(Quraisy Shihab, 1996:173).
Dapat disimpulkan, pembinaan
mental adalah usaha untuk memperbaiki dan memperbaharui suatu tindakan atau
tingkah laku seseorang melalui bimbingan mental/ jiwanya sehingga memiliki
kepribadian yang sehat, akhlak yang terpuji dan bertanggung jawab dalam
menjalani kehidupannya.
Pola Pembinaan
Pola pembinaan adalah suatu kegiatan mempertahankan dan menyempurnakan
apa yang telah ada dan dilakukan secara berulang-ulang. Pembinaan dapat
diartikan sebagai upaya memelihara dan membawa suatu keadaan yang seharusnya
terjadi atau menjaga keadaan sebagaimana seharusnya. Dalam manajemen pendidikan
luar sekolah, pembinaan dilakukan dengan maksud agar kegiatan atau program yang
sedang dilaksanakan selalu sesuai dengan rencana atau tidak menyimpang dari hal
yang telah direncanakan.
Secara umum pembinaan disebut sebagai sebuah perbaikan terhadap pola
kehidupan yang direncanakan. Setiap manusia memiliki tujuan hidup tertentu dan
ia memiliki keinginan untuk mewujudkan tujuan tersebut. Apabila tujuan hidup
tersebut tidak tercapai maka manusia akan berusaha untuk menata ulang pola
kehidupannya.
Pola Asuh Efektif
Pola asuh yang efektif itu bisa dilihat dari
hasilnya anak jadi mampu memahami aturan-aturan di masyarakat, syarat paling
utama pola asuh yang efektif adalah landasan cinta dan kasih sayang. Berikut
hal-hal yang dilakukan orang tua demi menuju pola asuh efektif :
1. Pola
Asuh yang dinamis
Pola asuh harus sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan dan perkembangan
anak. Sebagai contoh, penerapan pola asuh untuk anak balita tentu berbeda dari
pola asuh untuk anak usia sekolah. Pasalnya, kemampuan berfikir balita masih
sederhana. Jadi pola asuh harus disertai komunikasi yag tidak bertele-tele dan
bahasa yang mudah dimengerti.
. Pola
asuh yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak
Ini perlu dilakukan karena kebutuhan dan kemampuan
anak yang berbeda. Saat usia satu tahun, potensi anak sudah mulai dapat
terlihat seumpama jika mendengar alunan musik, dia lebih tertarik ketimbang
anak seusianya, kalau orang tua sudah memiliki gambaran potensi anak, maka ia
perlu diarahkan dan difasilitasi.
3. Ayah ibu mesti kompak
Ayah dan ibu sebaiknya menerapkan pola asuh yang sama. Hal ini, kedua
orang tua sebaiknya “berkompromi” dalam menetapkan nilai-nilai yang boleh dan
tidak.
4. Pola asuh mesti disertai perilaku positif dari orang tua
Penerapan pola asuh juga membutuhkan sikap-sikap positif dari orang tua
sehingga bisa dijadikan contoh/panutan bagi anaknya. Tanamkan nilai-nilai
kebaikan dengan disertai penjelasan yang mudah dipahami.
5. Komunikasi efektif
Syarat untuk berkomunkasi efektif sederhana yaitu
luangkan waktu untuk berbincang-bincang dengan anak. Jadilah pendengar yang
baik dan jangan meremehkan pendapat anak. Pada setiap diskusi, orang tua dapat
memberikan saran, masukan atau meluruskan pendapat anak yang keliru sehingga
anak lebih terarah.
6. Disiplin
Penerapan disiplin juga menjadi bagian pola asuh,
mulailah dari hal-hal kecil dan sederhana. Misal, membereskan kamar sebelum
berangkat sekolah anak juga perlu diajarkan membuat jadwal harian sehingga bisa
lebih teratur dan efektif mengelola kegiatannya. Namun penerapan disiplin mesti
fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan / kondisi anak.
7. Orang
tua konsisten
Orang tua juga bisa menerapkan konsistensi sikap,
misalnya anak tidak boleh minum air dingin kalau sedang terserang batuk, tapi
kalau anak dalam keadaan sehat ya boleh-boleh saja. Dari situ ia belajar untuk
konsisten terhadap sesuatu, sebaliknya orang tua juga harus konsisten, jangan
sampai lain kata dengan perbuatan.
Pola Pembinaan Anak di Panti Asuhan
Tampak bahwa pembinaan anak yatim
merupakan program yang bergerak di bidang pengasuhan anak terutama anak yatim
piatu. Panti asuhan memiliki prinsip belajar sepanjang hayat dengan tujuan
pembentukan karakter dan jati diri sehingga mereka dapat hidup secara mandiri
dengan bekal pengetahuan dan keterampilan untuk berani menghadapi realitas
kehidupan serta memiliki bekal untuk mengaktualisasikan dirinya dan bisa hidup
secara mandiri ditengah-tengah masyarakat.
Proses pembinaan anak yatim diberikan
mulai dari pembinaan psikologi, sosial, agama, dan keterampilan.
1.
Pembinaan psikologi yaitu
pembinaan ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia, baik sebagai
individu maupun dalam hubungannya dengan lingkungannya. Tingkah laku tersebut
berupa tingkah laku yang tampak maupun tidak tampak, tingkah laku yang disadari
maupun tidak disadari.
2.
Pembinaan sosial yaitu pembinaan
bermasyarakat. Dalam bermasyarakat tersebut individu dapat mengetahui cara-cara
berhubungan yang dilihat apabila orang-perorangan dan kelompok-kelompok sosial
saling bertemu dan menentukan sistem serta bentu-bentuk hubungan tersebut atau
apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya
pola-pola kehidupan yang telah ada.
3.
Pembinaan agama yaitu pembinaan
yang mempelajari tentang sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan
dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.
4.
Pembinaan keterampilan yaitu
pembinaan yang mempelajari keterampilan membaca, menulis, menggambar dan
kegiatan lainnya yang menunjang keterampilan serta imajinasi anak.
Pola-pola pembinaan anak yatim piatu dalam panti asuhan adalah 1. Pola
Pembinaan Jasmaniah
Kondisi jasmaniah yang sehat akan mengkondisikan anak dalam keadaan
tubuh segar, kuat, tangkas, terampil. Sehat untuk dapat dan mampu melaksanakan
tugas dan kewajibannya serta mengamalkan hak-haknya secara konstruktif dan
produktif.
2. Pola Pembinaan Agama
Pendidikan agama bagi anak merupakan senjata ampuh untuk membina anak,
agama akan tertanam dan tumbuh dalam diri setiap anak dan dapat digunakan untuk
mengendalikan dorongan-dorongan serta keinginan-keinginan yang kurang baik.
3. Pola
Pembinaan Intelek
Pembinaan intelek dimaksudkan agar remaja dapat menggunakan
intelektualitasnya dalam menangani masalah kehidupan yang dihadapinya.
4. Pola Pembinaan Kerja dan Profesi
Tujuan pembinaan anak yatim dalam hal ini ialah
menghilangkan frustasi, memberikan economic security dan menjadikan remaja
calon tenaga kerja yang bermotivasi, cakap, terampil, kreatif dan bertanggung
jawab.
Dalam hal ini diketahui bahwa
yang mengikuti pembinaan anak yatim, Kontribusi yang diberikan memiliki manfaat yang sangat besar
bagi anak yatim karena dapat mengubah kehidupan mereka utamanya dari segi
prilaku maupun dari segi ahlaknya yang mampu memperbaiki sistem kehidupan dalam
keluarganya.
Pola Pembinaan Anak di Yayasan Rumah Yatim Piatu
Menetapkan norma/peraturan yang
harus ditaati untuk melatih disiplin anak asuhnya. Norma itu misalnya mentaati
peraturan- peraturan yang diterapkan di dalam rumah yatim seperti tidak boleh
membolos sekolah, tidak boleh bertengkar kepada sesama teman di rumah yatim,
harus menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda. Dalam
pembinaan nilai moral terhadap anak asuh, anak asuh juga mendapatkan pelajaran
budi pekerti itu dengan meneladani sikap pembina rumah yatim yang berdisiplin
dan sangat menyayangi mereka. Hal ini tercermin dari kepedulian pembina dari
masalah-masalah yang dihadapi anak asuhnya, baik itu masalah pribadi maupun
masalah kelompok.
Masa depan seorang anak, kesuksesan maupun kegagalan sangat
dipengaruhi oleh peranan orang tua asuh dalam mengasuh dan mendidik anak-anak
rumah yatim dari kecil. Komunikasi yang dibina dengan baik akan memberikan
dasar terutama dalam pembinaan jasmani, agama, intelek, kerja dan profesi
kepada anak-anak rumah yatim. Menurut bapak Basuki Raharjo anak merupakan
individu yang masih putih dan murni sehingga dalam pembentukan kepribadian
tergantung pada orang tua dalam pembinaan dan mendidikannya. Dalam proses
pembentukan kepribadian dan pembinaan harus ditanamkan kepada anak-anak panti
ada beberapa pola yang ada di dalam rumah yatim antara lain pola pembinaan
otoriter dan demokrasi yang meliputi pembinaan jasmani, pembinaan agama,
pembinaan intelek, pembinaan kerja dan profesi.
Pembinaan Jasmaniah
Kondisi jasmaniah yang sehat akan mengkondisikan anak dalam keadaan
tubuh segar, kuat, tangkas, terampil. Sehat untuk dapat dan mampu melaksanakan
tugas dan kewajibannya serta mengamalkan hak-haknya secara konstruktif dan
produktif. Bapak/ibu pembina Yayasan Rumah Yatim Piatu dalam
membina jasmani anak adalah dengan mengajarkan kepada mereka mengikut sertakan
anak setiap ada kegiatan olahraga di lingkungan sekitar. Kegiatan-kegiatan
seperti senam, jalan sehat dan lainnya tersebut dimaksudkan agar anak memiliki
jasmani yang sehat dan bugar. Pembinaan jasmani adalah salah satu aspek
pembinaan yang penting yang tidak dapat lepas dari pembinaan yang lain. Nilai
manfaat yang didapat anak setelah berolah raga yaitu:
a. Nilai Pertumbuhan Fisik
Dengan olah raga seluruh anggota tubuh akan tumbuh lebih cepat dibandingkan
dengan mereka yang tidak pernah berolah raga.
b. Nilai Pendidikan
Secara tidak langsung ketika anak berolah raga akan memulai mengenal
bentuk dari benda-benda berupa alat olah raga. Anak juga akan mengenal warna,
bilangan, mengenal apa itu aturan permainan, belajar untuk sportif, mengakui
kekalahan dirinya ketika berlangsung pertandingan dan lain sebagainya.
c. Nilai
Kemasyarakatan
Dalam permainan olah raga ini khususnya olah raga
berego, anak akan mempunyai belajar berorganisasi bagaimana bergaul dengan
kelompoknya, memupun persaudaraan dan belajar untuk tolong-menolong bersama
kawan satu kelompok.
d. Nilai
Akhlak
Di sini anak akan mengenal pula apa arti kesalahan dan sesuatu yang
benar. Dalam permainan keluarga, anak akan mengerti kesalahannya dan bagaimana
hukuman dari kesalahannya itu ketika dia melakukan langsung karena dilatih
berbuat jujur tidak saling menjegal, menipu, berbuat adil, egois, dan lain-lain.
e. Nilai Pengendalian Diri
Dari permainan olah raga ini anak akan mengetahui pula ukuran
kemampuannya di dalam sebuah cabang olah raga tersebut, jenis olah raga apa
yang dia yakini akan kemampuannya dan kemahirannya.
Pembinaan Agama
Pembinaan agama bagi anak merupakan senjata ampuh untuk membina anak,
agama akan tertanam dan tumbuh dalam diri setiap anak dan dapat digunakan untuk
mengendalikan dorongan-dorongan serta keinginan-keinginan yang kurang baik.
Pembinaan anak yang diterapkan di Yayasan Rumah Yatim Piatu tidak
terlepas dari sosialisasi pembinaan nilai keagamaan/mental spiritual, hal ini
sangat penting karena pembinaan keagamaan bertujuan mengarahkan anak sehingga
anak dapat merubah sikapnya menjadi lebih baik dalam kehidupan bermasyarakat
serta mampu melaksanakan pembangunan bangsa.
Salah satu bentuk kegiatannya adalah dengan membiasakan anak panti
melaksanakan solat 5 waktu dengan berjamaah karena pada saat solat berjamaah
anak-anak belajar mengenal dan mengamati bagaimana solat yang baik, apa yang
harus dibaca, kapan dibaca, bagaimana membacanya, bagaimana menjadi makmum,
imam, muazin, iqamat, salam dan seterusnya. sholat berjamaah dapat memperkuat
rasa persaudaraan dan kekompakan di dalam asrama. Karena dilakukan setiap hari,
anak-anak akan mengalami proses internalisasi, pembiasaan dan akhirnya menjadi
bagian dari hidupnya. Bapak/ibu pembina di rumah yatim juga memberikan ceramah
seusai sholat berjamaah dengan tujuan mengajarkan anak untuk senantiasa berbuat
kebaikan dan melaksanakan ajaran agama islam dengan berpedoman kepada kitab
suci Al-Qur’an. Selain dengan membiasakan sholat berjamaah, pembinaan budi
pekerti juga dilakukan dengan memberikan pelajaran membaca kitab suci Al-Qura’an.
Dengan mengetahui isi kandungan kitab suci Al-Qur’an, anak tidak hanya mengetahuinya
saja tetapi lebih dari itu anak dapat mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga anak dapat merubah sikapnya menjadi lebih baik dalam
kehidupan bermasyarakat.
Ketika sholat telah terbiasa dan menjadi bagian dari hidupnya, maka
dimanapun mereka berada ibadah sholat tidak akan ditinggalkan. Pembiasaan itu
merupakan materi pendidikan dan pembinaan budi pekerti. Menurutnya kebiasaan
menjadi faktor penting untuk bertindak baik. Bila anak-anak sudah dibiasakan
bertindak baik dalam hal-hal yang kecil, ia akan lebih mudah untuk melakukan
tindakan baik dalam hal yang lebih besar. Maka, penting bahwa dalam pembinaan,
kebiasaan-kebiasaan yang baik dilatihkan. Di Yayasan Rumah Yatim Piatu pembiasaan-pembiasaan yang baik diberikan kepada anak agar perilaku
yang baik itu tertanam pada diri mereka.
Pembinaan Intelek
Pembinaan intelek dimaksudkan
agar anak dapat menggunakan intelektualitasnya dalam menangani masalah
kehidupan yang dihadapinya. Para pembina rumah yatim memberikan beberapa pembelajaran
untuk meningkatkan intelektual anak seperti:
a.
Membaca Al Qur’an
Pembina rumah yatim mewajibkan anak membaca Al-Qur’an
sehabis maghrib dan sesudah subuh supaya dapat meningkatkan kecerdasan otak
karena anak melakukan tiga aktivitas sekaligus yaitu membaca, melihat dan
mendengar yang menunjang intelektualitas
pada anak.
b.
Membawa Anak Ke Alam
Sesekali pembina rumah yatim membawa anak ke alam
untuk merangsang panca inderanya seperti melihat awan, meraskan desiran angin,
pepohonan, rerumputan, bunga-bunga, dan bermain di sungai yang secara tidak
langsung mengenalkan anak dengan benda-benda alamiah dan makhluk hidup seperti
pasir, tanah, lumpur, air, kayu, batu, kerikil, tumbuhan, hewan kecil yang tak
berbahaya.
c. Metode Pembelajaran
Pembina rumah yatim memberikan pembelajaran kepada anak sambil mengajak
bernyanyi, bermain musik, menari, senam, membuat origami, ajak bercerita lucu
agar dapat tertawa dan tersenyum. Ini semua akan mengaktifkan otak anak, yang
kini orang beri nama aktivasi otak tengah.
Pembinaan Kerja dan Profesi
Tujuan pembinaan anak yatim dalam hal ini ialah menghilangkan frustasi,
memberikan economic security dan
menjadikan remaja calon tenaga kerja yang bermotivasi, cakap, terampil, kreatif
dan bertanggung jawab. Agar anak menjadi kreatif, ada baiknya di rangsang dari
sejak usia dini, karena pada saat usia dini adalah masa keemasan tumbuhnya otak
manusia (golden age). Rasa ingin tau
anak harus didorong oleh orangtua dengan memberikan kesempatan kepada anak
untuk melihat, mencoba berbagi yang ada di lingkungannya. Pembina memberikan
kasih sayang, perhatian, dan dukungan kepada anak supaya menambah percaya diri
dan kreativitasnya dengan memberikan kesempatan untuk menciptakan kreasi dari
berbagi barang bekas. Oleh karna itu, barang-barang bekas seperti dus-dus
bekas, majalah-majalah yang tidak terpakai tidak perlu dibuang, tetapi bisa
menjadi sarana anak untuk pengeluaran ide-ide kreatifnya.
Pola pembinaan anak di Yayasan Rumah Yatim Piatu,pola pembinaan demokrasi
dan otoriter sebagai pola pembinaan yang dilakukan. Model pola pembinaan demokratis yang penyampaiannya lebih terbuka
dan penuh dialog yang sehat dan bertanggung jawab sehingga tidak tercipta kebudayaan
bisu, model demokratis biasa digunakan pembina rumah yatim dalam menerapkan
pembinaan jasmani, pembinaan intelek, pembinaan kerja dan profesi, sedangkan
model otoriter cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti,
biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Penyampaiannya lebih tegas dan
memaksa dengan tujuan agar anak dapat patuh terhadap nilai-nilai yang ada dan
mencoba membentuk perilaku sesuai dengan pola perilaku yang sesuai dengan
keinginan orang tua, pembinaan otoriter biasa digunakan pembina rumah yatim
dalam menerapkan pembinaan agama. Dengan pola pembinaan otoriter dalam
pembinaan agama, pribadi anak akan terbentuk dengan sendirinya yaitu bisa
mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk. Hal ini juga dibenarkan oleh
anak asuh, bahwa pembinaan dan pembentukan kepribadian anak yang dilakukan di
Yayasan Rumah Yatim Arrohman Indonesia mendasarkan pada pelaksanakan ajaran
agama Islam, terutama pelaksanaan sholat 5 waktu secara berjamaah. Dalam hal ini untuk mendapatkan banyak manfaat dari kegiatan tersebut antara lain dapat
mempererat tali persaudaraan dan kekompakan anak-anak di dalam asrama.
Pola pembinaan yang diterapkan di
Yayasan Al Mawaddah Rempoa dilakukan secara terpadu yaitu pola
pembinaan otoriter dan demokratis. Penggabungan antara sistem pendidikan umum
dan keagamaan adalah untuk pengembangan manusia secara utuh. Karena di sini
anak asuh/santri dididik, dilatih dan dibina untuk menguasai ilmu pengetahuan
dan keterampilan sampai pada tingkat expert yang dipadu dengan materi pelajaran
dasar umum serta pembinaan mental spiritual secara intens. Sehingga sumber daya
manusia hasil out putnya di samping menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) juga kualitas keimanan dan ketakwaan (IMTAK) semakin bertanbah.
Pendidikan model ini berorientasi pada terwujudnya sumber daya manusia berbasis
keahlian dan spiritual. Pola pembinaan dalam yayasan ini lebih menekankan pada
pembinaan Jasmaniah, pembinaan Agama, pembinaan Intelek, pembinaan Kerja dan
Profesi.
0 komentar:
Posting Komentar