Senin, 26 September 2016

POLA PEMBINAAN ANAK DI PANTI ASUHAN



Anak merupakan karunia Allah yang sangat besar arti dan fungsinya bagi kehidupan keluarga. Setiap orang tua tentu merasa bersyukur bila telah dikaruniai anak. Selain itu, setiap orang tua pun akan menyadari bahwa anak merupakan amanat dari Allah yang harus dipelihara, dibina dan dididik sebaik-baiknya. Sejak lahir anak telah diperkenalkan dengan pranata, aturan, norma, dan nilai-nilai budaya yang berlaku melalui pengasuhan yang diberikan oleh orang tua dalam keluarga. Dengan demikian anak perlu diberikan pembinaan agar anak dapat hidup dan bertingkah laku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.



Pembinaan merupakan suatu proses belajar yang dialami seseorang anak untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai, dan norma-norma agar ia dapat berpartisipasi sebagai anggota dalam kelompok masyarakat (Goslin dalam Ihromi,1999:30). Syarat penting untuk berlangsungnya proses pembinaan adalah interaksi sosial, karena tanpa interaksi sosial, proses pembinaan tidak mungkin berlangsung. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia maupun antara orang-perorangan dengan kelompok manusia (Soekanto, 1990:67).


Anak diwariskan norma-norma atau aturan-aturan serta nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Anak dilatih tidak hanya mengenal tetapi juga menghargai dan mengikuti norma hidup masyarakat melalui kehidupan dalam keluarga. Di sini keutuhan keluarga sangat diperlukan dan penting dalam proses pembinaan dan pembentukan kepribadian. Baik dan buruknya kepribadian anak adalah tanggung jawab orangtua. Orangtua membina anak supaya menjadi anak yang baik. Anak bagai kertas putih, yang mau diisi apa saja oleh ayah atau ibunya dan itu hak mereka. Jika ingin si anak menjadi baik tentu kertas putih tersebut diisi dengan hal positif terutama penekanan moralnya. Pola pembinaan dalam keluarga sangat penting agar anak tumbuh kembangnya bagus, mencintai diri, dan sesamanya.


Mengembangkan rasa ingin tahu anak memang bukan hal yang mudah, sebab dibutuhkan kesabaran yang tinggi. Dalam menjawab pertanyaan anak, orangtua harus menunjukkan perhatian dan jawaban yang sungguh-sungguh, walaupun jawaban yang diberikan tidak panjang dan sulit dimengerti oleh anak., akan tetapi cukup dengan jawaban pendek yang disesuaikan dengan pemahaman anak. Sekilas anak-anak tidak tahu apa-apa tentang alam beserta kehidupannya tetapi mereka sebenarnya memiliki daya tangkap dan daya ingat yang jauh lebih hebat dari perkiraan kita. Dari sekian banyak tanya yang mereka ajukan dalam sehari, pasti ada yang masuk dan direkam baik-baik dalam otaknya.


Pembinaan dan kasih sayang dari orangtua kandung tidak dirasakan oleh anak yang tidak mempunyai keluarga yang utuh. Disorganisasi keluarga seperti perceraian kedua orang tua, krisis ekonomi keluarga dan meninggalnya salah satu atau kedua orang tua. Hal ini menyebabkan terputusnya interaksi sosial antara orang tua dan anak. Akibatnya, anak menjadi kurang mendapat perhatian dan pendidikan terabaikan. Dalam hal ini diperlukan pembinaan secara utuh, baik pembinaan secara jasmani maupun rohani. Salah satu cara yang dilakukan agar anak tetap dalam pembinaan dan pengasuhan adalah dengan menampung anak-anak tersebut pada suatu wadah yaitu panti asuhan.


Panti asuhan memberikan pembinaan dan pelayanan agar anak-anak yatim piatu tersebut mendapatkan pembelajaran serta kasih sayang yang seharusnya mereka dapatkan. Anak asuh di panti asuhan ini datang dari berbagai latar belakang masalah, antara lain: yatim piatu, kemiskinan, perceraian kedua orang tua. Anak-anak di panti asuhan ini diharapkan dapat berprilaku jadi lebih baik. Selain itu, panti asuhan juga membantu meningkatkan kesejahteraan anak dengan cara mendidik, merawat, membimbing dan mengarahkan seperti yang diberikan oleh orang tua dalam keluarga serta membentuk kepribadian anak yatim piatu tersebut melalui nilai-nilai dan norma-norma susila yang baik, pendidikan dan budi pekerti, kebiasaan dan keterampilan yang nantinya bisa dijadikan bekal bagi kehidupan di masyarakat. Kepribadian merupakan hal yang sangat penting sekali sebab aspek ini akan menentukan sikap identitas diri seseorang. Baik dan buruknya seseorang itu akan terlihat dari tingkah laku atau kepribadian yang dimilikinya. Dengan demikian perkembangan dari kepribadian ini sangat tergantung kepada baik atau tidaknya proses pembinaan yang ditempuh. Pertumbuhan dan perkembangan anak serta aktifitas belajar tidak semua sama baik bagi perkembangan mentalitasnya. Diantaranya, anak yang berada di dalam lingkungan panti asuhan yang mayoritas mempunyai latar belakang yang sama,

Tinajauan Tentang Pola Pembinaan

Pola adalah standardisasi, pengulangan, organisasi atau arah dari perilaku (Soekanto, 1993:315). Selain itu pola juga dapat diartikan sebagai suatu rangkaian unsur-unsur yang sudah mantap mengenai suatu gejala dan dapat dipakai sebagai contoh dalam menggambarkan atau mendeskripsikan gejala itu sendiri (Suyono, 1985;327).

Dalam mengasuh anak orang tua cenderung menggunakan pola asuh tertentu. Menurut I Nyoman Dantes dalam skripsi Widya (1995:10) Terdapat 3 macam pola asuh orang tua yaitu demokratis, otoriter dan permisif.

1. Demokratis

Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu dalam mengendalikan mereka. Orang tua dengan perilaku ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat. Misalnya ketika orang tua menetapkan untuk menutup pintu kamar mandi ketika sedang mandi dengan diberi penjelasan, mengetuk pintu ketika masuk kamar orang tua, memberikan penjelasan perbedaan laki-laki dan perempuan, berdiskusi tentang hal yang tidak boleh dilakukan anak misalnya tidak boleh keluar dari kamar mandi dengan telanjang, sehingga orang tua yang demokratis akan berkompromi dengan anak.

2. Otoriter

Pola asuh ini sebaliknya cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman mislalnya, kalau tidak mau makan, maka tidak akan diajak bicara. Orang tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah dan menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam berkomunikasi biasanya bersifat satu arah. Misalnya anaknya harus menutup pintu kamar mandi ketika mandi tanpa penjelasan, anak laki-laki tidak boleh bermain dengan anak perempuan, melarang anak bertanya kenapa dia lahir, anak dilarang bertanya tentang lawan jenisnya. Dalam hal ini tidak mengenal kompromi. Anak suka atau tidak suka, mau atau tidak mau harus memenuhi target yang ditetapkan orang tua. Anak adalah obyek yang harus dibentuk orang tua yang merasa lebih tahu mana yang terbaik untuk anak-anaknya.


3. Permisif

Pola asuh ini memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur / memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka, sehingga seringkali disukai oleh anak. Misalnya anak yang masuk kamar orang tua tanpa mengetuk pintu dibiarkan, telanjang dari kamar mandi dibiarkan begitusaja tanpa ditegur, membiarkan anak melihat gambar yang tidak layak untuk anak kecil, degan pertimbangan anak masih kecil. Sebenarnya, orang tua yang menerapka pola asuh seperti ini hanya tidak ingin konflik dengan anaknya.

Pembinaan

Pembinaan berasal dari kata “bina” yang mendapat awalan ke- dan akhiran – an, yang berarti bangun/bangunan. Dalam (Kamus Besar Bahasa Indonesia) pembinaan berarti membina, memperbaharui, atau proses, perbuatan, cara membina, usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Pembinaan mental/jiwa merupakan tumpuan perhatian pertama dalam misi Islam. Untuk menciptakan manusia yang berakhlak mulia, Islam telah mengajarkan bahwa pembinaan jiwa harus lebih diutamakan daripada pembinaan fisik atau pembinaan pada aspek-aspek lain, karena dari jiwa yang baik inilah akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik yang pada gilirannya akan menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada seluruh kehidupan manusia lahir dan batin (Asmaran, 1994:44).


“Manusia yang dibina adalah makhluk yang mempunyai unsur-unsur jasmani (material) dan akal dan jiwa (immaterial). Pembinaan akalnya menghasilkan keterampilan dan yang paling penting adalah pembinaan jiwanya yang menghasilkan kesucian dan akhlak. Dengan demikian, terciptalah manusia dwidimensi dalam suatu keseimbangan”

(Quraisy Shihab, 1996:173).


Dapat disimpulkan, pembinaan mental adalah usaha untuk memperbaiki dan memperbaharui suatu tindakan atau tingkah laku seseorang melalui bimbingan mental/ jiwanya sehingga memiliki kepribadian yang sehat, akhlak yang terpuji dan bertanggung jawab dalam menjalani kehidupannya.

Pola Pembinaan

Pola pembinaan adalah suatu kegiatan mempertahankan dan menyempurnakan apa yang telah ada dan dilakukan secara berulang-ulang. Pembinaan dapat diartikan sebagai upaya memelihara dan membawa suatu keadaan yang seharusnya terjadi atau menjaga keadaan sebagaimana seharusnya. Dalam manajemen pendidikan luar sekolah, pembinaan dilakukan dengan maksud agar kegiatan atau program yang sedang dilaksanakan selalu sesuai dengan rencana atau tidak menyimpang dari hal yang telah direncanakan.

Secara umum pembinaan disebut sebagai sebuah perbaikan terhadap pola kehidupan yang direncanakan. Setiap manusia memiliki tujuan hidup tertentu dan ia memiliki keinginan untuk mewujudkan tujuan tersebut. Apabila tujuan hidup tersebut tidak tercapai maka manusia akan berusaha untuk menata ulang pola kehidupannya.

Pola Asuh Efektif

Pola asuh yang efektif itu bisa dilihat dari hasilnya anak jadi mampu memahami aturan-aturan di masyarakat, syarat paling utama pola asuh yang efektif adalah landasan cinta dan kasih sayang. Berikut hal-hal yang dilakukan orang tua demi menuju pola asuh efektif :


1. Pola Asuh yang dinamis

Pola asuh harus sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan dan perkembangan anak. Sebagai contoh, penerapan pola asuh untuk anak balita tentu berbeda dari pola asuh untuk anak usia sekolah. Pasalnya, kemampuan berfikir balita masih sederhana. Jadi pola asuh harus disertai komunikasi yag tidak bertele-tele dan bahasa yang mudah dimengerti.

. Pola asuh yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak

Ini perlu dilakukan karena kebutuhan dan kemampuan anak yang berbeda. Saat usia satu tahun, potensi anak sudah mulai dapat terlihat seumpama jika mendengar alunan musik, dia lebih tertarik ketimbang anak seusianya, kalau orang tua sudah memiliki gambaran potensi anak, maka ia perlu diarahkan dan difasilitasi.
3. Ayah ibu mesti kompak

Ayah dan ibu sebaiknya menerapkan pola asuh yang sama. Hal ini, kedua orang tua sebaiknya “berkompromi” dalam menetapkan nilai-nilai yang boleh dan tidak.
4. Pola asuh mesti disertai perilaku positif dari orang tua

Penerapan pola asuh juga membutuhkan sikap-sikap positif dari orang tua sehingga bisa dijadikan contoh/panutan bagi anaknya. Tanamkan nilai-nilai kebaikan dengan disertai penjelasan yang mudah dipahami.
5. Komunikasi efektif

Syarat untuk berkomunkasi efektif sederhana yaitu luangkan waktu untuk berbincang-bincang dengan anak. Jadilah pendengar yang baik dan jangan meremehkan pendapat anak. Pada setiap diskusi, orang tua dapat memberikan saran, masukan atau meluruskan pendapat anak yang keliru sehingga anak lebih terarah.
6. Disiplin

Penerapan disiplin juga menjadi bagian pola asuh, mulailah dari hal-hal kecil dan sederhana. Misal, membereskan kamar sebelum berangkat sekolah anak juga perlu diajarkan membuat jadwal harian sehingga bisa lebih teratur dan efektif mengelola kegiatannya. Namun penerapan disiplin mesti fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan / kondisi anak.

7. Orang tua konsisten

Orang tua juga bisa menerapkan konsistensi sikap, misalnya anak tidak boleh minum air dingin kalau sedang terserang batuk, tapi kalau anak dalam keadaan sehat ya boleh-boleh saja. Dari situ ia belajar untuk konsisten terhadap sesuatu, sebaliknya orang tua juga harus konsisten, jangan sampai lain kata dengan perbuatan.

Pola Pembinaan Anak di Panti Asuhan

Tampak bahwa pembinaan anak yatim merupakan program yang bergerak di bidang pengasuhan anak terutama anak yatim piatu. Panti asuhan memiliki prinsip belajar sepanjang hayat dengan tujuan pembentukan karakter dan jati diri sehingga mereka dapat hidup secara mandiri dengan bekal pengetahuan dan keterampilan untuk berani menghadapi realitas kehidupan serta memiliki bekal untuk mengaktualisasikan dirinya dan bisa hidup secara mandiri ditengah-tengah masyarakat.


Proses pembinaan anak yatim diberikan mulai dari pembinaan psikologi, sosial, agama, dan keterampilan.


1.      Pembinaan psikologi yaitu pembinaan ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia, baik sebagai individu maupun dalam hubungannya dengan lingkungannya. Tingkah laku tersebut berupa tingkah laku yang tampak maupun tidak tampak, tingkah laku yang disadari maupun tidak disadari.

2.      Pembinaan sosial yaitu pembinaan bermasyarakat. Dalam bermasyarakat tersebut individu dapat mengetahui cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang-perorangan dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta bentu-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang telah ada.
3.      Pembinaan agama yaitu pembinaan yang mempelajari tentang sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.

4.      Pembinaan keterampilan yaitu pembinaan yang mempelajari keterampilan membaca, menulis, menggambar dan kegiatan lainnya yang menunjang keterampilan serta imajinasi anak.

Pola-pola pembinaan anak yatim piatu dalam panti asuhan adalah 1. Pola Pembinaan Jasmaniah

Kondisi jasmaniah yang sehat akan mengkondisikan anak dalam keadaan tubuh segar, kuat, tangkas, terampil. Sehat untuk dapat dan mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya serta mengamalkan hak-haknya secara konstruktif dan produktif.
2. Pola Pembinaan Agama

Pendidikan agama bagi anak merupakan senjata ampuh untuk membina anak, agama akan tertanam dan tumbuh dalam diri setiap anak dan dapat digunakan untuk mengendalikan dorongan-dorongan serta keinginan-keinginan yang kurang baik.

3. Pola Pembinaan Intelek

Pembinaan intelek dimaksudkan agar remaja dapat menggunakan intelektualitasnya dalam menangani masalah kehidupan yang dihadapinya.
4. Pola Pembinaan Kerja dan Profesi

Tujuan pembinaan anak yatim dalam hal ini ialah menghilangkan frustasi, memberikan economic security dan menjadikan remaja calon tenaga kerja yang bermotivasi, cakap, terampil, kreatif dan bertanggung jawab.


Dalam hal ini diketahui bahwa yang mengikuti pembinaan anak yatim,  Kontribusi yang diberikan memiliki manfaat yang sangat besar bagi anak yatim karena dapat mengubah kehidupan mereka utamanya dari segi prilaku maupun dari segi ahlaknya yang mampu memperbaiki sistem kehidupan dalam keluarganya.

Pola Pembinaan Anak di Yayasan Rumah Yatim Piatu

Menetapkan norma/peraturan yang harus ditaati untuk melatih disiplin anak asuhnya. Norma itu misalnya mentaati peraturan-peraturan yang diterapkan di dalam rumah yatim seperti tidak boleh membolos sekolah, tidak boleh bertengkar kepada sesama teman di rumah yatim, harus menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda. Dalam pembinaan nilai moral terhadap anak asuh, anak asuh juga mendapatkan pelajaran budi pekerti itu dengan meneladani sikap pembina rumah yatim yang berdisiplin dan sangat menyayangi mereka. Hal ini tercermin dari kepedulian pembina dari masalah-masalah yang dihadapi anak asuhnya, baik itu masalah pribadi maupun masalah kelompok.

 Masa depan seorang anak, kesuksesan maupun kegagalan sangat dipengaruhi oleh peranan orang tua asuh dalam mengasuh dan mendidik anak-anak rumah yatim dari kecil. Komunikasi yang dibina dengan baik akan memberikan dasar terutama dalam pembinaan jasmani, agama, intelek, kerja dan profesi kepada anak-anak rumah yatim. Menurut bapak Basuki Raharjo anak merupakan individu yang masih putih dan murni sehingga dalam pembentukan kepribadian tergantung pada orang tua dalam pembinaan dan mendidikannya. Dalam proses pembentukan kepribadian dan pembinaan harus ditanamkan kepada anak-anak panti ada beberapa pola yang ada di dalam rumah yatim antara lain pola pembinaan otoriter dan demokrasi yang meliputi pembinaan jasmani, pembinaan agama, pembinaan intelek, pembinaan kerja dan profesi.

Pembinaan Jasmaniah

Kondisi jasmaniah yang sehat akan mengkondisikan anak dalam keadaan tubuh segar, kuat, tangkas, terampil. Sehat untuk dapat dan mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya serta mengamalkan hak-haknya secara konstruktif dan produktif. Bapak/ibu pembina Yayasan Rumah Yatim Piatu dalam membina jasmani anak adalah dengan mengajarkan kepada mereka mengikut sertakan anak setiap ada kegiatan olahraga di lingkungan sekitar. Kegiatan-kegiatan seperti senam, jalan sehat dan lainnya tersebut dimaksudkan agar anak memiliki jasmani yang sehat dan bugar. Pembinaan jasmani adalah salah satu aspek pembinaan yang penting yang tidak dapat lepas dari pembinaan yang lain. Nilai manfaat yang didapat anak setelah berolah raga yaitu:


a. Nilai Pertumbuhan Fisik

Dengan olah raga seluruh anggota tubuh akan tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah berolah raga.
b. Nilai Pendidikan

Secara tidak langsung ketika anak berolah raga akan memulai mengenal bentuk dari benda-benda berupa alat olah raga. Anak juga akan mengenal warna, bilangan, mengenal apa itu aturan permainan, belajar untuk sportif, mengakui kekalahan dirinya ketika berlangsung pertandingan dan lain sebagainya.

c. Nilai Kemasyarakatan

Dalam permainan olah raga ini khususnya olah raga berego, anak akan mempunyai belajar berorganisasi bagaimana bergaul dengan kelompoknya, memupun persaudaraan dan belajar untuk tolong-menolong bersama kawan satu kelompok.

d. Nilai Akhlak

Di sini anak akan mengenal pula apa arti kesalahan dan sesuatu yang benar. Dalam permainan keluarga, anak akan mengerti kesalahannya dan bagaimana hukuman dari kesalahannya itu ketika dia melakukan langsung karena dilatih berbuat jujur tidak saling menjegal, menipu, berbuat adil, egois, dan lain-lain.

e. Nilai Pengendalian Diri

Dari permainan olah raga ini anak akan mengetahui pula ukuran kemampuannya di dalam sebuah cabang olah raga tersebut, jenis olah raga apa yang dia yakini akan kemampuannya dan kemahirannya.

Pembinaan Agama

Pembinaan agama bagi anak merupakan senjata ampuh untuk membina anak, agama akan tertanam dan tumbuh dalam diri setiap anak dan dapat digunakan untuk mengendalikan dorongan-dorongan serta keinginan-keinginan yang kurang baik. Pembinaan anak yang diterapkan di Yayasan Rumah Yatim Piatu tidak terlepas dari sosialisasi pembinaan nilai keagamaan/mental spiritual, hal ini sangat penting karena pembinaan keagamaan bertujuan mengarahkan anak sehingga anak dapat merubah sikapnya menjadi lebih baik dalam kehidupan bermasyarakat serta mampu melaksanakan pembangunan bangsa.


Salah satu bentuk kegiatannya adalah dengan membiasakan anak panti melaksanakan solat 5 waktu dengan berjamaah karena pada saat solat berjamaah anak-anak belajar mengenal dan mengamati bagaimana solat yang baik, apa yang harus dibaca, kapan dibaca, bagaimana membacanya, bagaimana menjadi makmum, imam, muazin, iqamat, salam dan seterusnya. sholat berjamaah dapat memperkuat rasa persaudaraan dan kekompakan di dalam asrama. Karena dilakukan setiap hari, anak-anak akan mengalami proses internalisasi, pembiasaan dan akhirnya menjadi bagian dari hidupnya. Bapak/ibu pembina di rumah yatim juga memberikan ceramah seusai sholat berjamaah dengan tujuan mengajarkan anak untuk senantiasa berbuat kebaikan dan melaksanakan ajaran agama islam dengan berpedoman kepada kitab suci Al-Qur’an. Selain dengan membiasakan sholat berjamaah, pembinaan budi pekerti juga dilakukan dengan memberikan pelajaran membaca kitab suci Al-Qura’an. Dengan mengetahui isi kandungan kitab suci Al-Qur’an, anak tidak hanya mengetahuinya saja tetapi lebih dari itu anak dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga anak dapat merubah sikapnya menjadi lebih baik dalam kehidupan bermasyarakat.


Ketika sholat telah terbiasa dan menjadi bagian dari hidupnya, maka dimanapun mereka berada ibadah sholat tidak akan ditinggalkan. Pembiasaan itu merupakan materi pendidikan dan pembinaan budi pekerti. Menurutnya kebiasaan menjadi faktor penting untuk bertindak baik. Bila anak-anak sudah dibiasakan bertindak baik dalam hal-hal yang kecil, ia akan lebih mudah untuk melakukan tindakan baik dalam hal yang lebih besar. Maka, penting bahwa dalam pembinaan, kebiasaan-kebiasaan yang baik dilatihkan. Di Yayasan Rumah Yatim Piatu pembiasaan-pembiasaan yang baik diberikan kepada anak agar perilaku yang baik itu tertanam pada diri mereka.

Pembinaan Intelek

Pembinaan intelek dimaksudkan agar anak dapat menggunakan intelektualitasnya dalam menangani masalah kehidupan yang dihadapinya. Para pembina rumah yatim memberikan beberapa pembelajaran untuk meningkatkan intelektual anak seperti:


a. Membaca Al Qur’an

Pembina rumah yatim mewajibkan anak membaca Al-Qur’an sehabis maghrib dan sesudah subuh supaya dapat meningkatkan kecerdasan otak karena anak melakukan tiga aktivitas sekaligus yaitu membaca, melihat dan mendengar yang menunjangintelektualitas pada anak.



b. Membawa Anak Ke Alam

Sesekali pembina rumah yatim membawa anak ke alam untuk merangsang panca inderanya seperti melihat awan, meraskan desiran angin, pepohonan, rerumputan, bunga-bunga, dan bermain di sungai yang secara tidak langsung mengenalkan anak dengan benda-benda alamiah dan makhluk hidup seperti pasir, tanah, lumpur, air, kayu, batu, kerikil, tumbuhan, hewan kecil yang tak berbahaya.

c. Metode Pembelajaran

Pembina rumah yatim memberikan pembelajaran kepada anak sambil mengajak bernyanyi, bermain musik, menari, senam, membuat origami, ajak bercerita lucu agar dapat tertawa dan tersenyum. Ini semua akan mengaktifkan otak anak, yang kini orang beri nama aktivasi otak tengah.

Pembinaan Kerja dan Profesi

Tujuan pembinaan anak yatim dalam hal ini ialah menghilangkan frustasi, memberikan economic security dan menjadikan remaja calon tenaga kerja yang bermotivasi, cakap, terampil, kreatif dan bertanggung jawab. Agar anak menjadi kreatif, ada baiknya di rangsang dari sejak usia dini, karena pada saat usia dini adalah masa keemasan tumbuhnya otak manusia (golden age). Rasa ingin tau anak harus didorong oleh orangtua dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk melihat, mencoba berbagi yang ada di lingkungannya. Pembina memberikan kasih sayang, perhatian, dan dukungan kepada anak supaya menambah percaya diri dan kreativitasnya dengan memberikan kesempatan untuk menciptakan kreasi dari berbagi barang bekas. Oleh karna itu, barang-barang bekas seperti dus-dus bekas, majalah-majalah yang tidak terpakai tidak perlu dibuang, tetapi bisa menjadi sarana anak untuk pengeluaran ide-ide kreatifnya.


Pola pembinaan anak di Yayasan Rumah Yatim Piatu,pola pembinaan demokrasi dan otoriter sebagai pola pembinaan yang dilakukan. Model pola pembinaan demokratis yang penyampaiannya lebih terbuka dan penuh dialog yang sehat dan bertanggung jawab sehingga tidak tercipta kebudayaan bisu, model demokratis biasa digunakan pembina rumah yatim dalam menerapkan pembinaan jasmani, pembinaan intelek, pembinaan kerja dan profesi, sedangkan model otoriter cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Penyampaiannya lebih tegas dan memaksa dengan tujuan agar anak dapat patuh terhadap nilai-nilai yang ada dan mencoba membentuk perilaku sesuai dengan pola perilaku yang sesuai dengan keinginan orang tua, pembinaan otoriter biasa digunakan pembina rumah yatim dalam menerapkan pembinaan agama. Dengan pola pembinaan otoriter dalam pembinaan agama, pribadi anak akan terbentuk dengan sendirinya yaitu bisa mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk. Hal ini juga dibenarkan oleh anak asuh, bahwa pembinaan dan pembentukan kepribadian anak yang dilakukan di Yayasan Rumah Yatim Arrohman Indonesia mendasarkan pada pelaksanakan ajaran agama Islam, terutama pelaksanaan sholat 5 waktu secara berjamaah. Dalam hal ini untuk mendapatkan banyak manfaat dari kegiatan tersebut antara lain dapat mempererat tali persaudaraan dan kekompakan anak-anak di dalam asrama.

Pola pembinaan yang diterapkan di Yayasan Al Mawaddah Rempoa dilakukan secara terpadu yaitu pola pembinaan otoriter dan demokratis. Penggabungan antara sistem pendidikan umum dan keagamaan adalah untuk pengembangan manusia secara utuh. Karena di sini anak asuh/santri dididik, dilatih dan dibina untuk menguasai ilmu pengetahuan dan keterampilan sampai pada tingkat expert yang dipadu dengan materi pelajaran dasar umum serta pembinaan mental spiritual secara intens. Sehingga sumber daya manusia hasil out putnya di samping menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) juga kualitas keimanan dan ketakwaan (IMTAK) semakin bertanbah. Pendidikan model ini berorientasi pada terwujudnya sumber daya manusia berbasis keahlian dan spiritual. Pola pembinaan dalam yayasan ini lebih menekankan pada pembinaan Jasmaniah, pembinaan Agama, pembinaan Intelek, pembinaan Kerja dan Profesi.






0 komentar:

Posting Komentar