Minggu, 04 September 2016

Bahaya Dakwah Melalui Media Sosial



Selain memiliki hal yang positif dalam media sosial, Disisi lain, media sosial juga mempunyai dampak negatif bagi masyarakat pengguna internet. Salah satu contohnya ialah media sosial dapat dengan mudah ditiru dan disalah gunakan oleh para oknum yang tidak bertanggung jawab dan bertentangan dengan ajaran dakwah tersebut. Kemudian dakwah melalui media sosial juga menimbulkan salah tafsir. Pemahaman yang didapat memiliki kemungkinan besar berbeda dengan penyampaian pesan yang dimaksud. Hal tersebut juga tidak terlepas dari peran media yang hanya bersifat komunikasi satu arah. Sehingga apabila hal ini terus menerus berkelanjutan, maka dapat menghilangkan makna ajaran yang sesungguhnya. Adanya interaksi dalam dakwah menjadi hal yang penting bagi pendakwah dan masyarakat itu sendiri. Dakwah secara langsung bersifat lebih interaktif dan efisien dalam penyampaian pesan dakwah.


Kita tidak memungkiri bahwasanya ahlussunnah wal jama'ah adalah orang - orang yang sangat bersemangat dalam menyebarkan ilmu syar'i. Namun berhati - hatilah saudaraku, jangan sampai semangat tersebut sampai melalaikan kita dari berbagai akibat negatif media sosial dan membuat kita terjerumus kepadanya.



Berikut adalah beberapa kesalahan yang terjadi apabila berdakwah menggunakan media sosial

1. Tidak mempertimbangkan mafsadat dan kerusakan yang diakibatkan media sosial
Sebagian pihak menggunakan media sosial dengan alasan untuk semakin menyebarkan dakwah. Mereka merasa tidak cukup dakwah hanya menggunakan media situs web atau blog. Ilmu syar'i juga perlu disebarkan melalui berbagai jenis media sosial seperti Facebook, Twitter, You Tube, Google Plus, Instagram, dan lain sebagainya. Selain itu, kaum muslimin juga banyak yang menggunakan media sosial. Apalagi para ahlul ahwa dan hizbiyyun, mereka berdakwah menggunakan media sosial. Mereka menganggap sudah seharusnya ahlussunnah wal jama'ah juga menggunakannya demi maslahat dakwah. 
Namun, sepertinya mereka lalai atau lupa bahwasanya kerusakan yang ditimbulkan oleh media sosial lebih banyak dan lebih pasti dibandingkan manfaatnya, sehingga hal tersebut membatalkan kemaslahatan yang ada padanya. Bukankah Allah ta'ala berfirman 

يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ ۖ قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ مِنْ نَفْعِهِمَا 

Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”.. (al Baqarah 219)



2. Mencampuradukkan antara yang haq dan bathil
Facebook, twitter, dan media sosial lainnya adalah tempat berkumpulnya segala macam perkara dan berbagai jenis manusia yang bercampur aduk menjadi satu, semuanya hampir tanpa batas bahkan antara yang nyata atau maya, asli atau palsu. 

Pantaskah engkau berdakwah di media yang disana orang - orang memamerkan statusnya, saling berbangga dengan dunia atau riya dengan 'ibadah yang telah dilakukannya? Di tempat orang bebas berkomentar tanpa adab dan tanpa ilmu? Di tempat dijajakannya iklan - iklan yang menawarkan berbagai bentuk permainan yang melalaikan, judi, dan segala macam bentuk kemungkaran lainnya?

Pantaskah engkau berdakwah di media tempat pergaulan bebas tanpa batas antara pria dan wanita? Di tempat para dayyuts memajang fotonya bersama istri dan anak perempuannya? Di tempat para wanita bertabarruj saling memamerkan auratnya?  Di tempat para pelacur menjajakan dirinya?

Bukankah Allah ta'ala berfirman: 


 يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَلْبِسُونَ الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Wahai Ahli Kitab, mengapa kamu mencampuradukkan yang haq dengan yang batil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahui? (Ali 'Imran:71)


3. Berdebat dalam masalah agama
Sudah menjadi kebiasaan ahlul ahwa dan ahlul bid'ah bahwasanya mereka adalah golongan yang suka mengajak debat ahlussunnah atau memberikan tantangan kepada ahlussunnah (Salah satu contohnya mereka mengadakan sayembara dengan syarat: pesertanya khusus ahlussunnah). Dan media sosial merupakan sarana yang sangat mendukung hobi mereka ini. Oleh karenanya, sebagian pihak beralasan bahwa kami menggunakan media sosial untuk mendebat pihak - pihak yang menyelisihi ahlussunnah wal jama'ah. Mereka berusaha menjawab komentar - komentar para ahlul ahwa dan hizbiyyin. Namun kemudian yang ada hanyalah debat kusir, berkelit dan berkilah ke sana ke mari. Dan debat tersebut juga tidaklah mampu membuat ahlul bid'ah dan ahlul ahwa akhirnya rujuk kepada kebenaran.
Bukankan Allah ta'ala berfirman:


وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّىٰ يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ ۚ وَإِمَّا يُنسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ فَلَا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَىٰ مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ

Dan apabila kamu melihat orang-orang yang memperolok-olok ayat Kami maka tinggalkanlah mereka sampai mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaithan menjadikan kamu lupa maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang zhalim itu sesudah teringat.” (Al An’am : 68)

Bukankah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


وَبِبَيْتٍ فِي وَســـَط الْجَنَّةِ لِمـــَنْ تَرَكَ الْمــــِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا
"Dan (saya juga menjamin) rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan walaupun ia benar."

أَبْغَضُ الرِّجَالِ إِلىَ اللهِ اْلأَلَدُّ الْخَصِمُ
“Orang yang paling dibenci Allah adalah yang suka berdebat.” (Muttafaq Alaihi)

Juga dari hadits Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


مَا ضَلَّ قَوْمٌ بَعْدَ هُدًى كَانُوا عَلَيْهِ إِلاَّ أُوْتُوا الْجَدَلَ. ثُمَّ تَلاَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَذِهِ اْلآيَةَ: مَا ضَرَبُوْهُ لَكَ إِلاَّ جَدَلاً بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُوْنَ
“Tidaklah tersesat satu kaum setelah mendapatkan hidayah yang dahulu mereka di atasnya, melainkan mereka diberi sifat berdebat.” Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

مَا ضَرَبُوْهُ لَكَ إِلاَّ جَدَلاً بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُوْنَ
“Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar.” (Az-Zukhruf: 58)


4. Menyediakan sarana perdebatan dan permusuhan serta kemaksiatan.
Sebagian pihak beralasan: "Kami tidak menggunakan media sosial untuk berdebat. Kami hanya menampilkan postingan berupa faidah - faidah ilmiah". Namun pertanyaannya adalah: bisakah engkau mencegah orang jahil atau ahlul ahwa dan hizbiyyin untuk tidak berkomentar dan mendebat di postingan tersebut? Sehingga banyak kita dapatkan postingan ilmiah namun komentar-komentarnya berisi perdebatan kusir dan komentar tanpa ilmu serta permusuhan diantara kaum muslimin. Bukankah ini berarti engkau secara tidak langsung telah memiliki andil menyiapkan sarana perdebatan dan permusuhan?
Ditambah lagi jika ternyata profile picture dari yang memberi komentar adalah gambar mahluk bernyawa. Bahkan lebih besar lagi fitnahnya profile picture yang ditampilkan adalah perempuan yang bertabarruj bahkan sampai menampakkan auratnya. Bukankah ini berarti engkau secara tidak langsung telah memiliki andil menjadi wasilah (sarana) bagi para wanita tersebut untuk memamerkan auratnya dan sarana bagi para pria untuk memandang mereka? Allahul musta'an. 

Padahal Allah ta'ala berfirman:

وَتَعَاوَنُواْ عَلَى الْبرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُواْ عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُواْ اللّهَ إِنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

... Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (al Maidah:2)


5. Menampilkan tautan (link) yang menunjukkan kepada penyimpangan dan kesesatan 
Ketahuilah saudaraku, bahwa tautan (link) kepada kepada penyimpangan dan kesesatan bisa muncul melalui beberapa cara, baik langsung maupun tidak langsung sebagai berikut.

- Dikirim melalui komentar sehingga tautan tersebut langsung muncul di halaman atau status media sosial antum.

- Melalui profile picture yang menampilkan lambang atau logo berserta tautan kepada firqah/kelompok/tv/radio/situs/organisasi dari ahlul bid'ah dan hizbiyyun

- Melalui nama akun yang mengirim komentar. Misalkan si fulan memberi komentar pada status/postinganmu. Maka apabila engkau mengklik nama akun si fulan, maka engkau akan dibawa kepada profilnya. Di sana engkau bisa melihat apa yang fulan sukai, siapa yang fulan ikuti, siapa temannya, apa saja status dan postingan si fulan. Yang mana engkau tidak bisa mencegah kepada siapa fulan berwala. Dan sudah ma'ruf, bahwa pengguna facebook kebanyakannya adalah orang awam serta hizbiyyun sururiyyun mutalawwinun. Sehingga mereka juga akan menampilkan tautan kepada situs-situs dan akun media sosialnya hizbi sururi MLM. 

Kemudian pertanyaannya : Bisakah engkau, mencegah orang yang mengunjungi/melihat status atau postinganmu di media sosial untuk tidak mengklik tautan - tautan tersebut di atas? Dan bisakah engkau mencegah mereka untuk kemudian tidak terfitnah dengan apa - apa yang ada dalam tautan - tautan tersebut?

Bukankah ada hadits yang menyatakan

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ((إِنَّ مِنَ النَّاسِ مَفَاتِيحَ لِلْخَيْرِ مَغَالِيقَ لِلشَّرِّ وَإِنَّ مِنَ النَّاسِ مَفَاتِيحَ لِلشَّرِّ مَغَالِيقَ لِلْخَيْرِ فَطُوبَى لِمَنْ جَعَلَ اللَّهُ مَفَاتِيحَ الْخَيْرِ عَلَى يَدَيْهِ وَوَيْلٌ لِمَنْ جَعَلَ اللَّهُ مَفَاتِيحَ الشَّرِّ عَلَى يَدَيْهِ)). أخرجه ابن ماجه حــ(٢٣٧) وحسنه الألباني بأربع في الصحيحة حــ(١٣٢٢)

Dari Anas bin Malikٍ berkata, telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Sesungguhnya diantara manusia ada yg menjadi kunci-kunci kebaikan lagi penutup-penutup kejelekan, dan sesungguhnya diantara manusia ada yg menjadi kunci-kunci kejelekan dan penutup-penutup kebaikan, maka berbahagialah bagi siapa saja yg telah Allah jadikan sebagai pintu-pintu kebaikan melalui tangannya, dan celakalah bagi siapa saja yg Allah jadikan kunci-kunci kejelekan melalui tangannya”.
[HR. Ibnu Majah dan dishahihkan syaikh Albani]



6. Mendatangi fitnah 
Dengan menggunakan media sosial, berarti engkau telah membuka lebar-lebar pintu fitnah untuk dirimu sendiri. Engkau telah menyediakan wasilah yang dengannya matamu bersiap untuk melihat apa - apa yang diharamkan Allah, membaca komentar atau status yang tidak bermanfaat dan juga hatimu bersiap untuk menerima berbagai syubhat.

Bukankah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

سَتَكُونُ فِتْنَةٌ، الْقَاعِدُ فِيهَا خَيْرٌ مِنَ الْقَائِمِ، وَالْقَائِمُ خُيْرٌ مِنَ الْمَاشِي، وَالْمَاشِي خَيْرٌ مِنَ السَّاعِي

“Akan terjadi fitnah, orang yang duduk saat itu lebih baik daripada yang berdiri, yang berdiri lebih baik daripada yang berjalan, dan yang berjalan lebih baik daripada yang berlari kecil.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kita untuk menghindar dan menjauh dari fitnah, namun engkau malah mendatanginya.



7. Tidak mengikuti bimbingan asatidzah
Sungguh telah banyak nasehat dan bimbingan yang kita dengar dan baca dari para asatidzah untuk tidak menggunakan media sosial. Bimbingan dan nasehat yang bukan hanya sekedar dalam bentuk ucapan lisan belaka, namun juga contoh yang mereka amalkan. Namun mengapa engkau tidak mau mengikuti bimbingan mereka hafizhahumullah? Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda

البركة مع أكابركم

“Keberkahan itu bersama para pembesar diantara kalian”



8. Memberikan contoh buruk
Dengan berdakwah melalui media sosial, maka berarti engkau juga telah mengajak orang lain untuk menceburkan dirinya ke dalamnya. Mereka akan menjadikan alasan bergabungnya pada berbagai media sosial adalah demi mendapatkan update informasi kajian dan audio rekaman kajian asatidzah ahlussunnah serta faidah ilmiah yang engkau posting. 
Namun saudaraku, tahukah bahwa sebenarnya engkau telah menjadi contoh bagi mereka untuk menceburkan diri kepada berbagai fitnah yang ada di dalamnya? Engkau juga telah menjadi contoh bagi mereka untuk tidak mendengarkan dan mengamalkan bimbingan asatidzah yang melarang kita untuk menggunakan media sosial?

Tidak takutkah engkau dengan ancaman Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam berikut?

مَنْ سَنَّ فِي اْلإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْئًا

Barangsiapa yang mencontohkan dalam Islam contoh yang buruk, maka ia mendapat dosa dan dosa orang-orang yang mengerjakan setelahnya tanpa dikurangi dari dosa mereka sedikitpun (H.R Muslim no 1691)




0 komentar:

Posting Komentar