Senin, 12 September 2016

Cara Menjaga Amanah dalam Mendidik Anak

Jika kita melihat akhir-akhir ini sering diberitakan mengenai kasus penelantaran atau kasus penganiayaan dan kekerasan kepada anak, baik secara verbal maupun non verbal, tidak jarang menimbulkan banyak korban. Maka hal-hal itu tentu saja membuat hati kita teriris dan terluka. Apa yang salah di sini? Apakah orang tua hanya “membuat” anak tanpa bertanggung jawab sepenuhnya? Apakah pemaknaan tanggung jawab hanya sekadar “membiarkan anak hidup” tanpa ada pemenuhan tanggung jawab lain? Lalu, apakah metode pendidikan yang baik bagi anak?
Parenting islami merupakan cara orang tua melakukan kewajibannya terhadap anak dengan syariat yang telah dicantumkan dalam Alquran dan hadis. Ada beberapa kesempatan Rasulullah ketika berhadapan dengan seorang anak beserta sikap-sikapnya yang dapat dijadikan contoh bagi kita, umat Nabi Muhammad saw. Beberapa cara ini dapat dijadikan acuan dalam melakukan dan menerapkan parenting islami di dalam kehidupan keluarga.
1. Rasulullah Berlaku Adil kepada Setiap Anak
Bagi orang tua yang memiliki anak lebih dari 1 orang, perlu menerapkan berlaku adil kepada setiap anak. Dampak perlakuan tidak adil pada anak akan membuat anak menjadi tersinggung, sehingga di kemudian hari anak akan memiliki rasa permusuhan, hasad, hasut, dan kebencian antar saudara. Dalam Shahihain, dari Nu’man bin Basyir radhiallahu ‘anhu,

مَانِ بْنِ بَشِيرٍ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا- ( فَانْطَلَقَ أَبِي إِلَى اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم لِيُشْهِدَهُ عَلَى صَدَقَتِي. فَقَالَ : أَفَعَلْتَ هَذَا بِوَلَدِكَ كُلِّهِمْ? قَالَ : لَا قَالَ: اِتَّقُوا اَللَّهَ , وَاعْدِلُوا بَيْنَ أَوْلَادِكُمْ فَرَجَعَ أَبِي, فَرَدَّ تِلْكَ اَلصَّدَقَةَ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari Nu’man Ibnu Basyir radhiallahu ‘anhuma, “Ayahku menghadap kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam agar menyaksikan pemberiannya kepadaku, lalu beliau bersabda, ‘Apakah engkau melakukan hal ini terhadap anakmu seluruhnya?’ Ia menjawab, ‘Tidak.’ Beliau bersabda, ‘Takutlah kepada Allah dan berlakulah adil terhadap anak-anakmu.’ Lalu ayahku pulang dan menarik kembali pemberian itu,” (Muttafaq ‘alaihi).
2. Lemah Lembut dan Berkasih Sayang

Parenting islami yang dilakukan butuh sebuah hati yang penuh kasih dan kelembutan. Tidak ada yang menjadi rugi dengan berlemah-lembut dan berkasih sayang. Selain itu, berlemah-lembut pada anak merupakan hal yang seharusnya terus-menerus dilakukan dan jauhilah sifat kasar dan kaku. Anak ibarat sebuah lempung (tanah lembek) yang dapat dengan mudah dibentuk apa saja oleh orang tua. Oleh karena itu, bentuklah lempung itu dengan kasih sayang, kelembutan, dan cinta kasih. Hal itu akan menumbuhkan cinta dalam hati seorang anak sehingga ia bisa menerima arahan, nasihat, dan pendidikan dari orang tuanya.
Dalam Shahihhain, dari Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata, “Datang seorang Arab Badui menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia berkata, ‘Anda mencium anak-anak? Kami tidak pernah melakukannya’. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sungguh aku tidak mampu mencegah jika ternyata Allah telah mencabut sifat kasih sayang dari hatimu.’”
3. Arahkan Anak kepada Perkara yang Baik

Metode parenting islami tidak akan menjadi islami jika tidak mengenalkan akidah islamiyah dan kewajiban-kewajiban agama. Kenalkan anak kepada Allah dan Rasul-Nya, menumbuhkan cinta kepada agamanya, mengajarkan anak cara berbakti kepada orang tua, melarang mereka dari yang haram, serta memperingatkan mereka dari perbuatan dosa.

4. Memperhatikan Teman dan Orang Terdekat Anak

Di zaman modern seperti sekarang ini, wujud pertemanan tidak hanya dalam bentuk fisik, tetapi juga virtual. Pertemanan dengan alat komunikasi tersebut akan menjadi tidak terarah jika orang tua tidak mengontrolnya juga. Ketahuilah bahwa selain pengaruh keluarga, lingkungan pertemanan anak juga akan mempengaruhi karakter dan perilakunya.
Rasulullah saw. bersabda, “Seseorang itu menurut agama teman dekatnya, maka hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya,” (H.R. Abu Daud dan Tirmidzi). Dengan demikian, kita perlu memastikan bahwa teman bermain anak memiliki pemahaman keislaman yang baik, sehingga anak kita pun tidak akan melewati batas koridor keislaman.

5. Menjadi Teladan bagi Anak

Jadilah orang tua yang konsisten dan konsekuen. Parenting islami ini mengajarkan bahwa orang tua juga wajib melakukan kebaikan dan tidak hanya menyuruh anak melakukan kebaikan. Jika demikian halnya, anak-anak akan tumbuh besar pada didikan seorang Abi atau Ummi yang bertentangan antara perkataan dan perbuatannya. Akibatnya, anak akan menjadi sosok yang ‘plin-plan’ atau terlalu banyak bicara tanpa adanya aksi nyata. Allah Swt. berfirman,

أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ

“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca al-Kitab?” (Q.S. al-Baqarah: 44).
Islam telah memberikan banyak solusi bagi kehidupan kaum muslimin agar terus bermartabat. Salah satunya adalah dengan mendidik dan mengasuh anak. Anak adalah amanah besar yang Allah titipkan kepada kita. Oleh karena itu, didiklah ia dengan sebaik mungkin. Penggunaan metode parenting islami mungkin menjadi salah satu alternatif pendidikan baginya. Memang, dalam mengasuh dan mendidik anak merupakan sebuah trial and error. Akan tetapi, bukan berarti kita tidak bisa mencoba. 

0 komentar:

Posting Komentar