Senin, 12 September 2016

Jangan Ucapkan Ini kepada Anak Anda!

Bismillah


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أًوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ [رواه البخاري ومسلم]

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam, siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tetangga dan siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya.” [HR. Bukhari dan Muslim]

Seseorang yang menjaga lisannya tidak berkata kecuali perkataan yang baik, ucapan yang haq, adil, dan jujur.

Al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah berkata : Jika engkau akan berbicara berfikirlah (terlebih dahulu). Jika nampak bahwa tidak ada bahaya (mudharat), maka berbicaralah. Jika padanya ada mudharat atau ragu, tahanlah (tidak berbicara) (Syarh Shohih Muslim lin Nawawy (2/19)

Sahabat Nabi Abud Darda’ radhiyallaahu ‘anhu berkata: Sesungguhnya dijadikan untukmu 2 telinga dan 1 mulut agar engkau lebih banyak mendengar dibandingkan berbicara (Mukhtashar Minhajul Qoshidin karya Ibnu Qudamah (3/24)) [http://www.salafy.or.id/ucapan-ucapan-yang-baik-memuliakan-tamu-dan-tetangga/]

Terlebih lagi orang tua terhadap anaknya. Memang, tak selamanya perilaku anak menyenangkan orang tua. Dari sekian sikap sang anak, ada saja diantaranya yang menjengkelkan orang tua. Keadaan ini semakin diperparah dengan keadaan sikap mental orang tua yang mudah terpancing situasi. Keadaannya bisa semakin runyam manakala orang tua dalam keadaan psikis tertekan (stress), lelah, penat dan tengah banyak menghadapi banyak masalah. Dalam kondisi semacam ini tingkat pengendalian orang tua menjadi melemah. Mudah marah, mengeluarkan kata-kata tak baik dan tindakan-tindakan tak terukur kerap muncul. Anak pun menjadi sasaran. Pelampiasan dihempaskan kepada sang anak akibat dari suasana hati, pikiran dan masalah yang mengakumulasi. Nas’alulllaha as-salaamah (Kita memohon kepada Allah keselamatan dari hal itu).

Perkataan orang tua bisa berarti doa, setidaknya berdasarkan hadits:

“Janganlah kalian ucapkan kata (doa), kecuali yang baik. Karena sesungguhnya para malaikat mengaminkan apa yang kalian ucapkan.” (HR. Muslim dari Ummul-mukminin Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha) (http://www.salafy.or.id/memperhatikan-pendidikan-anak-3/)

Oleh karena itu, orang tua wajib berhati-hati dalam berucap kepada anaknya, karena doa orang tua kepada anaknya, mustajab, diantaranya berdasarkan hadits:

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ لاَ تُرَدُّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ ، وَدَعْوَةُ الصَّائِمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ

“Tidak doa yang tidak tertolak yaitu doa orang tua, doa orang yang berpuasa dan doa seorang musafir.” (HR. Al Baihaqi dalamSunan Al Kubro. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shahih sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shahihah no. 1797).

Muhammad bin Isma’il Al Bukhari membawakan dalam kitab Al Adabul Mufrod beberapa riwayat mengenai doa orang tua. Di antara riwayat tersebut adalah: Abu Hurairah berkata, ”Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَهُنَّ لاَ شَكَّ فِيْهِنَّ دَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدَيْنِ عَلىَ وَلَدِهِمَا

“Ada tiga jenis doa yang mustajab (terkabul), tidak diragukan lagi, yaitu doa orang yang dizalimi, doa orang yang bepergian dan doa kejelekan kedua orang tua kepada anaknya.” (Diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam Al Adabul Mufrod no. 32. Dikatakan hasan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Al Adabul Mufrod no. 24). Hadits ini menunjukkan bahwa doa jelek orang tua pada anaknya termasuk doa yang mustajab. Hal itu dibuktikan dalam kisah Juraij (Diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam Al Adabul Mufrod no. 33. Dikatakan shahih oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Al Adabul Mufrod no. 25)

Ini adalah pelajaran yang mesti diketahui setiap orang tua. Doa mereka sungguh ajaib jika itu ditujukan pada anak-anak mereka. Jika ortu ingin anaknya menjadi sholeh dan baik, maka doakanlah mereka karena doa ortu adalah doa yang mudah diijabahi. Namun ingat sebenarnya doa yang dimaksudkan di sini mencakup doa baik dan buruk dari orang tua pada anaknya. Jika ortu mendoakan jelek pada anaknya, maka itu pun akan terkabulkan. Sehingga ortu mesti hati-hati dalam mendoakan anak.

Sebagai aplikasi dalam kehidupan sehari-hari, berikut ini saya bawakan contoh-contoh ucapan orang tua kepada yang selayaknya dihindari beserta koreksinya.


Salah
Ketika sedang marah mengucapkan: “ semoga Alloh memberimu musibah atas kenakalanmu” Ucapan orang tua mustajab.

Ucapkan: “semoga Alloh memberimu petunjuk”


Salah
“Ngapain membuang-buang waktu bermain bersama keluarga”

“Pendidikan apa yang bisa aku selipkan dalam permainan kali ini”

Salah
“Jika kau tidak mau melakukan ini, bapak pukul”

“Jika engkau mau melakukan ini, abi akan memberikan hadiah / menciummu”

Salah
“Siapa yang mengerjakan begini, berarti ingin dipukul /diusir keluar rumah / disekap dalam kamar / masuk neraka

“Seorang muslim yang beradab pasti tidak melakukan hal itu, biar masuk surga. Kalo kamu benar-benar bisa menghindarinya, nanti abi beri hadiah”

Salah
“Dasar dungu / bodoh / bego, tidak mau mendengar kata-kata bapakmu”

“Anak yang baik mau mendengar kata-kata bapaknya”

Salah
“Nanti bapak bilangin kenakalanmu pada paman, bibi, dan saudara-saudaramu”

“Kalau kamu soleh, nanti abi puji dihadapan paman, bibi, dan saudara-saudaramu”

Salah
“Cepat tidur!”

“Sebelum tidur, baca doa dulu ya, sini abi ajarin”

Salah
“Berantakan sekali rumahnya, ini kamar orang apa kandang kambing!

”Katakanlah dengan lemah lembut: “ayo anak rajin, kita rapikan kamarnya bersama-sama”. “Alloh itu indah dan menyukai keindahan.”

Salah
“Malas sekali, lihat gigimu yang kotor!”

Katakanlah: “abi/ummi senang kalau melihat gigimu putih dan bersih”

Salah
Ketika mengangis, Anda berkata kepada anak Anda: “diamlah, nanti digondol / dimakan hantu lagi, hiiii….”

“Diam ya anak sholih, kalo berisik kan mengganggu tetangga, tidak boleh lho sama Alloh”

Salah

Ketika dibantu anak, tidak mendoakan kebaikan

“Jazakallohu khoiron / Barokallohu fiika”

Salah
“Selamat pagi / siang”

“Assalamu’alaikum”

Salah
“Hajar saja orang yang nakal kepadamu”

“Sabar ya, ucapkan saja kepadanya, semoga Alloh menunjukimu”. [Tapi tetap mengajarkan kepada anak (ilmu dan beladiri, jika mampu) untuk tidak takut dengan siapa pun jika dia berada dalam kebenaran]

Salah
“Anak kurang ajar / tidak tahu adab”

“Kemarilah nak, jika salah, mintalah maaf kepadanya”

Salah
“Dasar maling /pencuri”

“Ini bukan milikmu, kembalikanlah kepada pemiliknya”

Salah
“Hai anak kecil ambilkan itu” (dengan intonasi merendahkan)

“Hai nak (fulan), tolong diambilin itu ya.

Jazakallohu khoiron / Barokallohu fiika” (dengan lemah lembut)

Salah
Ketika anak jatuh: “rasakan”; “dasar cengeng”

“Gak apa-apa, Alloh sudah menakdirkan apa yang Dia kehendaki”

Salah
“Tidak boleh bermain di luar”

“Boleh main, tapi sampai jam …, setelah itu mandi dan belajar ya”

Salah
“Jangan menggambar disitu / mencoret-coret dinding” Hal ini bisa mematikan bakat anak.

Tetapi katakanlah: “mari menggambar di buku gambar bareng abi/ummi”

Salah
“Kalau ingin makan ya makan, kalo tidak mau ya terserah, biar sakit nanti”

“Makan ya nak biar kuat, seorang mukmin yang kuat lebih baik dan disenangi Alloh daripada mukmin yang lemah”

Salah
“Bapak sedang sibuk, makan sendiri sana”

“Mari makan bersama-sama, agar lebih berkah”

Salah
“Jangan pernah makan coklat lagi, merusak gigi, kalau sampai makan lagi, nanti bapak hukum!”

Katakan saja: “boleh makan coklat 1 kali sehari, tapi setelah itu gosok gigi ya!”

Salah
“Bangun, dasar pemalas”. “Segera persiapkan untuk sekolahmu” (tanpa mengajak ke masjid untuk sholat shubuh berjama’ah bagi anak laki-laki)

“Ayo bangun, mari berdoa bangun tidur”. “Hari ini di sekolah ada pelajaran olahraga / kesenian kan” (sesuatu yang disukai anak). “Mari ke masjid, sholat shubuh berjamaah dulu” (bagi anak laki-laki)

Salah
“Belajarlah, jangan jadi anak bodoh”

“Belajar ya nak, biar pintar dan menjadi rangking 1”

Salah
“Segera bangun dan persiapkan untuk sekolahmu!” (tanpa menyuruh sholat Shubuh terlebih dahulu)

“Bangun, segera wudhu dan sholat Shubuh dahulu sebelum mempersiapkan sekolahmu”

Salah
“Ayo sholat, nanti masuk neraka!”

Katakan saja: “ayo sholat biar nanti masuk surga bareng-bareng”

Salah
“Siapa gurumu yang berkata dan berbuat demikian, dasar tidak becus” (ketika anak melaporkan kesalahan gurunya)

“Hormatilah gurumu, karena mereka adalah orang tuamu juga. Jika perlu, abi akan berkonsultasi dengan gurumu terkait masalah ini.”

Salah
“Jangan bercerita apapun, kepala Bapak sedang pusing”

“Berceritalah hal yang menarik” (sambil mengajarkan faedahnya)

Salah
“Cukup pelajari pelajaranmu saja, jangan menoleh kepada pelajaran lainnya”

“Selama hal tersebut bermenfaat, silahkan belajar yang lainnya” (untuk refreshing)

Salah
“Jangan membaca keras-keras, berisik!” Padahal minat membaca (apalagi Al-Qur’an) perlu ditumbuh-kembangkan. Katakan saja:

“membacanya yang lembut ya, biar terdengar lebih enak”

Salah
“Kamu selalu ceroboh, nakal, dan tidak beradab”

“Anak sholih jangan begitu. Rosululloh tidak mengajarkan perbuatan seperti itu. Alloh pun tidak akan ridho”

Salah
(Mengucapkan kepada anak laki-laki) “Kamu tidak berkepribadian, seperti wanita / banci”

“Laki-laki sejati tidak akan berbuat seperti itu, menyalahi fitroh”

Salah
“Akhlakmu benar-benar jelek, kau tidak mempunyai kebaikan sedikit pun”

“Akhlaknya diperbaiki ya nak. Abi suka dengan anak yang sholih” (sambil mengusap kepalanya atau menciumnya)

Salah
“Fulan lebih baik darimu, dia bisa berbuat ini dan itu!”

“Yang bagus itu sebaiknya begini, kamu insyaAlloh bisa melebihinya jika kamu melakukan ini dan itu”

Salah
“Bapak akan bertanya tentang tugasmu selesai sholat, apakah sudah selesai atau belum!” (Padahal tidak ada yang lebih penting daripada sholat)

“Mari sholat dulu, setelah itu kerjakanlah tugasmu”

Salah
“Apakah kamu tidak mendengar adzan, cepetan, kalo tidak, bapak tinggal” [Padahal seharusnya berangkat bersama-sama, kalau tidak, bisa jadi anak (khusus laki-laki) malas ke masjid]

“Ketika abi memerintahkan untuk siap-siap dan terdengar adzan, berarti kamu harus berwudhu dan berpakaian rapi ya” (sambil menunggu dan berangkat bersama-sama)

Salah
“Asal kamu ranking 1, pasti gurumu senang, tidak usah dipedulikan sikapmu kepadanya”

“Ucapkanlah salam dan bersikap santun ketika berjumpa gurumu”

Salah
“Terserah kamu mau membaca apa saja yang kamu sukai”

“Hargailah waktu, jangan membaca cerita-cerita fiksi / komik / novel (bacaan yang tidak bermanfaat), bacalah siroh (biografi) Rosululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam, para sahabat, dan orang-orang sholih

Salah
“Kamu bebas menggunakan waktumu, yang penting jangan mengganggu kesibukan bapakmu”

“Bagilah waktumu untuk belajar, bermain, beribadah, dan menghafal Al-Qur’an.” (bantulah dia dengan memberikan jadwal harian)

Salah
“Main terus, mau jadi orang goblok apa!”

Katakanlah: “mari belajar dulu, boleh main lagi kalo sudah belajar”

Salah
Tidak perhatian dengan menanyakan sekolah anak

“Bagaimana keadaanmu di sekolah bersama guru dan murid lainnya”

Salah
“Siang untuk belajar (padahal sdah di rumah), jangan tidur”

“Tidur siang merupakan sunnah Nabi sholallohu ‘alaihi wa sallam, tidurlah, tapi jangan melewati waktu ‘ashar.”

Salah
Menggunakan kata “jangan” untuk sesuatu hal yang rahasia, misalnya: “jangan membuka lemari ini”

0 komentar:

Posting Komentar