Senin, 12 September 2016

Penting Mana, Akademis atau Akhlak ?

Bismillahirrohmannirrohim. Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh…

Hhmm… tidak terasa ya anak-anak sekolah sudah mulai kembali sekolah dan memasuki semester genapnya. Setelah sebelumnya mereka melewati Ujian Akhir Semester dan kemudian mendapatkan kesempatan untuk “belajar mandiri di rumah” alias berlibur. Ada yang berlibur sekeluarga ke luar kota, tempat wisata, bahkan ke luar negeri sebagai hadiah mereka dari orangtua karena nilai rapor mereka yang baik. Tetapi, ada juga yang hanya berlibur di rumah atau hanya sekedar berjalan-jalan menyusuri kota atau bahkan mendapatkan hukuman untuk mengerjakan tugas-tugas rumah selama liburan karena mendapatkan nilai rapor yang kurang memuaskan.
Dengan fenomena-fenomena tersebut, saya kemudian jadi bertanya-tanya. “Apa sebenarnya yang diinginkan orangtua dari anaknya yang bersekolah?” Nilai baguskah? Perilaku yang baguskah? Akhlak yang baguskah? Atau bahkan hanya sekedar karena anak lain yang seusia dengannya bersekolah, maka anak kita (baca:orangtua) juga harus bersekolah? Nah, pertanyaan lain yang kemudian muncul dalam pikiran saya adalah, “Lebih baik anak yang pintar secara akademis tetapi akhlak dan perilakunya buruk atau anak yang berakhlak tapi tidak pintar secara akademis?” Untuk menjawab pertanyaan yang terakhir ini, mari kita telusuri bersama..
Kalau anak yang pintar secara akademis tetapi memiliki akhlak dan perilaku yang buruk saat dia di usia sekolah, bisa kita bayangkan bagaimana jadinya saat dia menjadi seseorang di dunia kerja atau menjadi seorang pemimpin di masa depan. Sudah banyak contoh yang bisa kita ambil saat ini. Yang paling mudah yang bisa kita temukan adalah koruptor. Koruptor adalah contoh hasil “produk” dari anak yang saat di sekolah dia pintar secara akademis tapi perilaku dan akhlaknya buruk. Sehingga saat dewasa, dia akan menggunakan kepintarannya tersebut untuk hal-hal yang negatif.
Lalu bagaimana dengan anak yang berakhlak tapi tidak pintar secara akademis? Untuk hal ini, kemungkinannya adalah dia berakhlak karena dia hanya melakukan apa yang orang lain katakan tanpa tahu alasan mengapa dia harus melakukan hal tersebut. Seperti, anak yang rajin sholat lima waktu setiap hari, pada saat ditanya mengapa dia melakukan hal tersebut, dia tidak bisa menjawab. Bahkan dia hanya bisa menjawab bahwa dia diperintah oleh guru atau orangtuanya untuk melakukan hal tersebut. Anak yang seperti ini, di masa depannya hanya bisa beribadah untuk diri sendiri tanpa bisa mengajak orang lain untuk melakukan ibadah seperti dirinya. Karena saat dia mengajak orang lain beribadah, dia tidak bisa menjawab pertanyaan orang tersebut mengenai alasan atau manfaat ibadah yang dia lakukan. Sehingga, nilai-nilai keagamaan yang dia miliki tidak bisa digunakannya untuk berdakwah kepada umat.
Naaahh…. Kalau begitu, mana seharusnya yang kita pilih? Jelas yang opsi ketiga ini. Yang pintar dan cerdas pikirannya serta baik akhlak dan perilakunya. Itu sudah dikatakan oleh Allah SWT dalam surat Al Alaq ayat 1 yang artinya,
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan” (QS. Al Alaq:1)
Dalam ayat tersebut, Allah SWT memerintahkan manusia untuk “Iqra`” atau Bacalah! Yang juga bisa diartikan bahwa Allah SWT menyuruh manusia untuk selalu belajar atau menuntut ilmu dalam hal apapun. Tapi kemudian, Allah SWT meneruskan dengan kalimat, “dengan menyebut nama Tuhanmu yang Menciptakan”. Dalam kalimat tersebut, Allah SWT memerintahkan kita untuk belajar dan menuntut ilmu dengan tetap mengingat Allah SWT yang telah menciptakan manusia. Nah, dengan mengingat Allah SWT, maka kita juga akan beribadah dan berperilaku sesuai dengan perintahNya.
Jadi, Allah SWT memerintahkan manusia untuk pintar sekaligus berakhlak mulia. Itu akan menjadi tugas dan kewajiban orangtua untuk menjadikan setiap anaknya menjadi anak yang berakhlak mulia dan juga anak yang pintar secara akademis di sekolah. Nah, saat ini kan juga sudah mulai dibuka pendaftaran untuk masuk sekolah. Para orangtua pun juga sudah mulai mencari sekolah mana yang dirasa tepat untuk anaknya. Kalau begitu, dimanakah seharusnya orangtua menyekolahkan anaknya?
Oke… saya biarkan para orangtua menjawab sendiri pertanyaan saya yang terakhir. Terima kasih ya sudah membaca tulisan saya kali ini. Kalo` dirasa bemanfaat, bolehlah kita sebarkan tulisan ini kepada teman-teman yang lain. Agar semakin banyak yang tahu, semakin banyak orang yang berpikiran sama seperti kita dan semakin dekat langkah kita untuk menjadikan generasi masa depan yang lebih baik. Amin.. terakhir, Happy Reading and  Let`s Learn Together..

0 komentar:

Posting Komentar