Minggu, 10 Desember 2017

BEBERAPA KEBIASAAN YANG PERLU DIHINDARI BERKAITAN DENGAN DZIKIR SESUDAH SHOLAT:

🚫⛔🔐 BEBERAPA KEBIASAAN YANG PERLU DIHINDARI BERKAITAN DENGAN DZIKIR SESUDAH SHOLAT:

Beberapa hal yang biasa dilakukan oleh banyak orang setelah sholat fardhu (wajib) yang lima waktu tapi tidak ada contoh dan dalil dari Rosululloh  dan para sahabatnya.

Diantara kebiasaan yang salah tersebut ialah:

⛔ 1. Mengusapkan kedua tangan ke wajah/muka sesudah salam, karena kebiasaan ini sama sekali tidak berdasar pada dalil yang shohih.

⛔ 2. Berdo’a dan berdzikir secara berjamaah yang dipimpin oleh imam sholat.

⛔3. Berdzikir dengan bacaan yang tidak ada nash/dalilnya, baik lafazh maupun bilangannya, atau berdzikir dengan dasar hadits yang dha’if(lemah) atau maudhu’ (palsu).

Contoh:

➡1. Sesudah sholat membaca: “Alhamdulillaah”

➡2. Membaca surat al-Faatihah setelah salam.

➡3. Membaca beberapa ayat terakhir surat al-Hasyr dan lainnya.

➡4. Menghitung dzikir dengan memakai biji-bijian tasbih atau yang serupa dengannya. Tidak ada satupun hadits yang shahih tentang menghitung dzikir dengan biji-bijian tasbih, bahkan sebagiannya maudhu’ (palsu). Syaikh al-Albani mengatakan: “Berdzikir dengan biji-bijian tasbih adalah bid’ah.”

🚫 Syaikh Bakr Abu Zaid mengatakan bahwa berdzikir dengan menggunakan biji-bijian tasbih menyerupai orang-orang Yahudi, Nasrani, Budha, dan perbuatan ini adalah bid’ah. Yang disunnahkan dalam berdzikir adalah dengan menggunakan jari-jari tangan:

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: رَأَيْتُ رَسُوْلُ اللهِ يَعْقِدُ التَّسْبِيْحَ بِيَمِيْنِهِ

“Dari Abdullah bin ‘Amr, ia berkata: “Aku melihat Rasulullah  menghitung bacaan tasbih (dengan jari-jari) tangan kanannya.” (HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi)

✳ Bahkan, Nabi memerintahkan para sahabat menghitung; Subhaanallaah, alhamdulillah, dan mensucikan Allah dengan jari-jari, karena jari-jari akan ditanya dan diminta untuk berbicara (pada hari kiamat) (HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi)

➡5. Berdzikir dengan suara keras, karena bertentangan dengan dalil-dalil al-Qur’an yang menyuruh kita untuk berdzikir dengan suara pelan. Firman Allah dalam Qs. Al A’raaf Ayat 55;

ادْعُواْ رَبَّكُمْ تَضَرُّعاً وَخُفْيَةً إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُعْتَدِي

“Berdo’alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” [Qs. Al-A’raaf 55]

Dan Qs. Al A’raaf Ayat 205

وَاذْكُر رَّبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعاً وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ

وَلاَ تَكُن مِّنَ الْغَافِلِي

“Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” [Qs. Al-A’raaf 205]

Nabi  melarang berdzikir dengan suara keras sebagaimana diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, Imam Muslim dan lain-lain. Imam Syafi’i menganjurkan agar imam atau makmum tidak mengeraskan bacaan dzikir.

➡6. Bersalam-salaman/berjabatan tangan antar jamaah sesudah salam, sebelum dzikir. Tidak ada contoh dari Nabi dan para sahabatnya yang bersalam-salaman sesudah salam dalam shalat. Bersalaman yang dicontohkan adalah pada saat awal bertemu dan saat akan berpisah. Selain itu kebiasaan bersalam-salaman sesudah salam akan mengganggu kekhusu’an dzikir yang disyari’atkan untuk dilaksanakan tanpa ada jeda waktu sesudah salam. Apalagi dzikir sesudah sholat fardhu memiliki keutamaan yang tinggi.

Semoga kita bisa mengambil pelajaran yang terbaik dari ajaran Islam yang hanif ini. Wallohu a’lam bis shawab

📗 Di Salin dari Buku Dzikir Pagi dan Petang
__
📝 Ust. Yazid bin Abdul Qodir Jawas

0 komentar:

Posting Komentar