Minggu, 03 Desember 2017

Cinta dan Benci Karena Allah

Bismillah

Cinta dan Benci Karena Allah

Apa yang tersirat dalam pikiran anda ketika mendengar kata “Cinta” ?, tentunya akan terbayang bahwa cinta adalah merupakan suatu perasaan yang begitu indah. Namun bagaimana dengan “benci” ? hampir dipastikan yang terlintas adalah kebalikan dari perasaan cinta dan terkesan menyimpan keburukan. Percayalah, cinta itu tidak selalu membawa kebaikan, begitu pula benci tidak selalu membawa keburukan, Lho koq ?

Sebagai contoh ketika seseorang mencintai kemalasan, kejahatan dan kebodohan tentunya tidak baik kan. Sementara itu tidak menjadi perkara yang salah ketika membenci korupsi, kriminalitas maupun tindakan-tindakan melanggar hukum lainnya. Lalu pertanyaannya adalah apa yang menentukan baik buruknya cinta dan benci itu ?

Jawabannya sederhana, yaitu sesuatu yang menjadi dasar dari cinta dan benci tersebut. Dasar yang dapat menjadi puncak kebaikan adalah seandainya kita mencintai dan membenci sesuatu karena Allah SWT (Hubbu Fillah, wa Bughdhu Fillah) sesuai sabda Rasulullah SAW :

“Tali Iman yang paling kuat adalah Cinta karena Allah dan Benci Karena Allah.” (HR At-Tirmidzi)

Lalu kemudian muncul lagi pertanyaan, apa itu Cinta dan Benci karena Allah SWT ?

Cinta dan Benci karena Allah SWT yaitu “mencintai” seseorang karena keimanan dan ketaqwaannya, dan “membenci” seseorang karena kemaksiatannya. Mencintai fisik dan materi bukanlah dasar yang dibenarkan, dalam hal ini mencintai karena penampilannya menarik atau tidak, kaya raya atau tidak. Percayalah, makna Cinta yang didasari fisik maupun materi itu sejatinya adalah cinta semu.

Mari kita lanjutkan dengan mengamati Hadits Rasulullah berikut ini : “Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya, pada hari itu tidak ada naungan kecuali naungan Allah. Golongan tersebut ialah Pemimpin yang adil, pemuda yang senantiasa beribadah kepada Allah semasa hidupnya, seseorang yang hatinya senantiasa berpaut pada masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah.” (Mutaffaq ‘Alaih). Dalam hadits tersebut dijelaskan bahwa dari ketujuh golongan yang akan di naungi Allah dan mendapatkan tempat yang istimewa pada hari akhir salah satunya adalah mereka yang mencintai karena Allah. Luar biasa bukan ?

Kemudian dalam riwayat lain Rasulullah bersabda : “Allah berfirman : Orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku, mereka akan mendapatkan mimbar-mimbar dari cahaya. Para Nabi dan Syuhada pun tertarik oleh mereka.” (HR Tirmidzi). Dalam Islam, mencintai telah diatur dan ada ketentuannya, islam tidak melarang untuk saling mencintai. Diperbolehkan untuk saling mencintai namun tentunya harus tunduk, taat dan patuh kepada Allah SWT. Tidak dibenarkan karena alasan cinta, orang yang satu gender menikah, karena sudah dipastikan bahwa hal tersebut hukumnya adalah HARAM. Dan tidak dibenarkan pulan seorang ayah yang mencintai anaknya rela berkorban dan melakukan apapun hingga melakukan tindakan korupsi. Atau dengan alasan cinta, seseorang rela membunuh karena diperintahkan oleh orang yang dicintainya. Inilah cinta yang rusak, cinta yang membahayakan. Cinta sejati itu ialah cinta yang dibimbing oleh wahyu. Inilah cinta yang benar dan menyelamatkan kita di dunia dan akhirat dan menjauhkan kita dari sifat-sifat yang dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya.

Dengan kecintaan semacam itulah seorang akan meraih manisnya iman. Setiap mu’min tentu mencintai Allah. Karena Allah lah yang paling berjasa kepada umat manusia dan seluruh alam semesta. Konsekuensi dari kecintaannya kepada Allah adalah dia akan mencintai apa yang Allah cintai dan membenci apa yang Allah benci. Maka, dia akan mencintai keimanan, ketaatan, dan sunnah. Sebagaimana dia akan membenci kemaksiatan, kekafiran dan bid’ah.

Akhir kata, semoga mata hati kita senantiasa diberikan cahaya oleh Allah SWT agar kita dapat memahahami makna cinta dan benci yang sesungguhnya serta istiqomah dalam menjalaninya.

0 komentar:

Posting Komentar